buat mamah
untuk mamah
hanya mamah
pasrah mamah
hidup mamah
mudah mamah
lancar mamah
enak mamah
nyaman mamah
usaha mamah
tawakal mamah
berhasil mamah
cinta mamah
mandiri mamah
Kamis, 04 Maret 2010
Namanya (mengaku) Dadan
(berarti sudah 3 dadan yang kukenal;
1. Dadan AN,seasrama marboth dulu di AH
2. Dadan, anak angkat seorang ibu rekan kerja
3. Dadan ini,anak kelas 6 SD)
Ketika itu aku lagi duduk di teras masjid menunggu azan dhuhur,tiba-tiba saja dia menyapa (kadang seneng-kadang engga kalo disapa itu)
‘tipalih mana?’(dst dalam bahasa Sunda,di Indonesiakan aja ya)(dia berani menyapa aku yang lebih tua dan jujur saja aku senang disapa oleh anak-anak). Tentu saja aku balas bertanya tentang sekolahnya.dekat katanya.jalan kaki pulang dari sekolah.kaki dan tangannya korengan.masih pake seragam sekolah dasar.menyoren tas.sedikit keringetan,rumahnya masih lumayan cukup jauh.aku jadi nyesel Cuma ngasih duit segitu ke dia.bicaranya sedikit gagu.kutanya teman-temannya kemana.dia jalan sendirian katanya.kutanya mau shalat dhuhur juga.engga katanya.dia Cuma singgah aja sebentar kemasjid.karena memang panas siang ini.wajar saja dia berkeringat.shalatnya dimana tanyaku.ntar aja dirumah katanya.bareng kakak.kukasih tau supaya bawa sarung tiap kesekola.jadi kalo ntar pulang sekolah trus panas dijalan,singgah dimasjid.trus ikut salat dzuhur berjamaah.sesekali dia garukin koreng dikakinya disela-sela obrolan.kutanya dia suka mandi ngga.suka jawabnya.ko’ korengan kataku. Ia jawabnya.ini udah lama.kukatakan saja coba pake bedak.ia jawabnya.aku solat duhur dulu ya.ya jawabnya.sementara dia masih duduk diteras menyandarkan punggungnya kedinding.mungkin dia masih cape’
1. Dadan AN,seasrama marboth dulu di AH
2. Dadan, anak angkat seorang ibu rekan kerja
3. Dadan ini,anak kelas 6 SD)
Ketika itu aku lagi duduk di teras masjid menunggu azan dhuhur,tiba-tiba saja dia menyapa (kadang seneng-kadang engga kalo disapa itu)
‘tipalih mana?’(dst dalam bahasa Sunda,di Indonesiakan aja ya)(dia berani menyapa aku yang lebih tua dan jujur saja aku senang disapa oleh anak-anak). Tentu saja aku balas bertanya tentang sekolahnya.dekat katanya.jalan kaki pulang dari sekolah.kaki dan tangannya korengan.masih pake seragam sekolah dasar.menyoren tas.sedikit keringetan,rumahnya masih lumayan cukup jauh.aku jadi nyesel Cuma ngasih duit segitu ke dia.bicaranya sedikit gagu.kutanya teman-temannya kemana.dia jalan sendirian katanya.kutanya mau shalat dhuhur juga.engga katanya.dia Cuma singgah aja sebentar kemasjid.karena memang panas siang ini.wajar saja dia berkeringat.shalatnya dimana tanyaku.ntar aja dirumah katanya.bareng kakak.kukasih tau supaya bawa sarung tiap kesekola.jadi kalo ntar pulang sekolah trus panas dijalan,singgah dimasjid.trus ikut salat dzuhur berjamaah.sesekali dia garukin koreng dikakinya disela-sela obrolan.kutanya dia suka mandi ngga.suka jawabnya.ko’ korengan kataku. Ia jawabnya.ini udah lama.kukatakan saja coba pake bedak.ia jawabnya.aku solat duhur dulu ya.ya jawabnya.sementara dia masih duduk diteras menyandarkan punggungnya kedinding.mungkin dia masih cape’
Sebagaimana hidup adalah karunia
Menulispun begitu
Bekerjapun begitu
Membacapun begitu
Bergaulpun begitu
Menangispun begitu
Tertawapun begitu
Tertidurpun begitu
Sarapanpun begitu
Apelpun begitu
Jalananpun begitu
Alam indahpun begitu
Diapun begitu
Merekapun begitu
Tas hitampun begitu
Kertaspun begitu
Kata-katapun begitu
Apalagi mengenal Kau Tuhan
Pulpenpun begitu
Pensilpun begitu
Cape’pun begitu
Suarapun begitu
Hp pun begitu
Atasanpun begitu
Kawanpun begitu
Musuhpun begitu
Akupun begitu
Blogpun begitu
Rumahpun begitu
Sedihpun begitu
Kumalpun begitu
Bekerjapun begitu
Membacapun begitu
Bergaulpun begitu
Menangispun begitu
Tertawapun begitu
Tertidurpun begitu
Sarapanpun begitu
Apelpun begitu
Jalananpun begitu
Alam indahpun begitu
Diapun begitu
Merekapun begitu
Tas hitampun begitu
Kertaspun begitu
Kata-katapun begitu
Apalagi mengenal Kau Tuhan
Pulpenpun begitu
Pensilpun begitu
Cape’pun begitu
Suarapun begitu
Hp pun begitu
Atasanpun begitu
Kawanpun begitu
Musuhpun begitu
Akupun begitu
Blogpun begitu
Rumahpun begitu
Sedihpun begitu
Kumalpun begitu
Kota Banjar
Pada tanggal 21 Februari 2010 Kota Banjar genap berusia 7 tahun. Perjalanan panjang pembentukan Kota Banjar tak lepas dari berbagai fihak yang terkait. Fihak-fihak yang memiliki keinginan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Kota Banjar kedepannya.
Tentu saja banjar yang dalam taraf ini sudah dapat dikatakan lebih maju dibanding banjar 10 tahun yang lalu. Mungkin lebih baik untuk tidak membandingkannya terlebih dahulu dengan kota besar lainnya di Indonesia. Karena menurut penulis tiap kota memiliki daya tumbuhnya masing-masing, kemana akan tumbuh, bagaimana akan tumbuh, sampai dimana akan tumbuh –memiliki ‘nalurinya’ masing-masing.
Banjar yang sekarang terdiri dari 4 kecamatan tentu akan lebih mudah untuk diatur dibandingkan harus menambah kecamatan lagi. Diibaratkan potensi yang ada dapat dipacu lebih baik lagi, bila dibandingkan harus memacu daerah yang baru bergabung kedalam Kota Banjar.
Pemerintahan yang sekarang di pimpin oleh DR. Dr. Herman Sutrisno, MM berusaha mengajak masyarakat untuk dinamis, bergerak, walau tidak perlu bergerak cepat. Hanya saja lebih bergerak dengan arah atau cita-cita , tujuan yang jelas terarah konsep kedepannya, akan dibawa kemana 5 tahun yang akan datang, 10 tahun, 20 tahun, akan mewariskan kondisi kota seperti apa pada anak cucu, pada orang-orang yang hadir di Kota Banjar? Tentu angan-angan untuk mencapai kemajuan kedepannya merupakan impian/dambaan seluruh fihak, pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat Kota Banjar itu sendiri. Akan seperti tasik, bandung, jakarta, surabaya atau bahkan kota-kota besar dunia lainnya, kuala lumpur? Singapura? Atau malah terpuruk karena berbagai perselisihan yang membesar antar berbagai komponen kota?atau kota yang akan hancur karena sebab lain?
Denyut perkembangan Kota Banjar dapat dirasakan sendiri oleh penghuninya, akan dapat tumbuh dengan baik bila seluruh komponen masyarakat mengusahakan kebaikan itu sendiri, atau dapat tumbuh memburuk bila bibit –bibit keburukan yang ada terpelihara lalu membesar... hal ini tentu jauh dari harapan kita bersama. Harapannya tentu kita dapat mewariskan yang terbaik bagi orang-orang yang akan datang setelah kita.
Kota Banjar sekarang masih dalam tahap pertumbuhan yang potensial untuk maju 10,20 tahun ke dapan. Indikator-indikator kemajuan seperti apa yang kita harapkan kedepannya?
Tentu tak lepas dari hirarki pemerintahan bangsa Indonesia, yaitu kebergantungan kepada tingkat provinsi dan nasional, pemerintah pusat. Keberlangsungan Kota Banjar tak lepas dari hirarki pemerintahan ini.
Harapan menjadi kota agropolitan cukup beralasan dimana lahan-lahan pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan tersedia cukup berlimpah. Agropolitan sendiri dapat diartikan sebagai kota yang berdasarkan pada nilai-nilai yang tak lepas dari lahan. Lahan-lahan yang alami yang diusahakan oleh manusia untuk kelestarian lahan itu sendiri dan untuk kelestarian hidup manusia yang berdampingan dengan alam. [karena sejak dahulu manusia hidup tak lepas berdampingan dengan alam]. Mungkin istilah yang dapat kita gunakan adalah bersahabat dengan alam, bukan mengatakan ‘alam yang tidak bersahabat dengan kita/manusia’ tetapi lebih baik kita katakan ‘kita/manusia yang bersahabat dengan alam’. Kita/manusia sebagai subjek dalam pengelolaan alam/lahan disekitar kita,dipergunakan sebijak mungkin.
Masyarakat agropolitan dicirikan dengan kebergantungan hidup masyarakat terbesar berada pada lahan-lahan alam tadi,pengelolaan lahan-lahan yang teratur,terencana sebijak mungkin,pengelolaan optimal,tanpa melupakan kelestariannya untuk masa-masa yang akan datang.[penggunaan pupuk-pupuk organik dalam hal ini mulai digalakan lagi]
Sektor jasa,perdagangan tentu tak lepas dari pertumbuhan suatu kota [mungkin dalam jangka waktu kedepan ini Agropolitan adalah visi yang sangat tepat] namun tentu dalam jangka panjang sudah mulai harus difikirkan juga perkembangan sektor industri,tentu saja industri terkait dengan alam,adakah industri yang bersahabat dengan alam? Kita membayangkan industri-industri dengan cerobong-cerobong asap,pabrik-pabrik yang menyita lahan-lahan pertanian,atau munculnya dampak-dampak sosial lainnya dari suatu kebangkitan industri disuatu kota,tentu saja sepertinya hal-hal seperti ini mungkin saja dapat terjadi 10,20 tahun ke depan bergantung dari kebijakan pemegang pemerintahan.
Dalam hal ini tata ruang kota harus terncana dengan matang,perhitungan amdal,perhitungan sisi sosial kemasyarakatan,dll mutlak diperlukan.
Manajemen pemerintahan/birokrasi harus lebih baik lagi, SDM pengisi pemerintahan adalah orang-orang yang cakap bekerja, tidak terlalu memikirkan tentengan ke rumah.
Pada akhirnya setiap unsur masyarakat kota memiliki perannya masing-masing. Peran-peran yang bersinergi satu sama lain dalam membangun kota.
Setiap profesi masyarakat turut membangun keberhasilan kota.
Masyarakat Kota Banjar tidak melupakan unsur religiusnya.
Tentu saja banjar yang dalam taraf ini sudah dapat dikatakan lebih maju dibanding banjar 10 tahun yang lalu. Mungkin lebih baik untuk tidak membandingkannya terlebih dahulu dengan kota besar lainnya di Indonesia. Karena menurut penulis tiap kota memiliki daya tumbuhnya masing-masing, kemana akan tumbuh, bagaimana akan tumbuh, sampai dimana akan tumbuh –memiliki ‘nalurinya’ masing-masing.
Banjar yang sekarang terdiri dari 4 kecamatan tentu akan lebih mudah untuk diatur dibandingkan harus menambah kecamatan lagi. Diibaratkan potensi yang ada dapat dipacu lebih baik lagi, bila dibandingkan harus memacu daerah yang baru bergabung kedalam Kota Banjar.
Pemerintahan yang sekarang di pimpin oleh DR. Dr. Herman Sutrisno, MM berusaha mengajak masyarakat untuk dinamis, bergerak, walau tidak perlu bergerak cepat. Hanya saja lebih bergerak dengan arah atau cita-cita , tujuan yang jelas terarah konsep kedepannya, akan dibawa kemana 5 tahun yang akan datang, 10 tahun, 20 tahun, akan mewariskan kondisi kota seperti apa pada anak cucu, pada orang-orang yang hadir di Kota Banjar? Tentu angan-angan untuk mencapai kemajuan kedepannya merupakan impian/dambaan seluruh fihak, pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat Kota Banjar itu sendiri. Akan seperti tasik, bandung, jakarta, surabaya atau bahkan kota-kota besar dunia lainnya, kuala lumpur? Singapura? Atau malah terpuruk karena berbagai perselisihan yang membesar antar berbagai komponen kota?atau kota yang akan hancur karena sebab lain?
Denyut perkembangan Kota Banjar dapat dirasakan sendiri oleh penghuninya, akan dapat tumbuh dengan baik bila seluruh komponen masyarakat mengusahakan kebaikan itu sendiri, atau dapat tumbuh memburuk bila bibit –bibit keburukan yang ada terpelihara lalu membesar... hal ini tentu jauh dari harapan kita bersama. Harapannya tentu kita dapat mewariskan yang terbaik bagi orang-orang yang akan datang setelah kita.
Kota Banjar sekarang masih dalam tahap pertumbuhan yang potensial untuk maju 10,20 tahun ke dapan. Indikator-indikator kemajuan seperti apa yang kita harapkan kedepannya?
Tentu tak lepas dari hirarki pemerintahan bangsa Indonesia, yaitu kebergantungan kepada tingkat provinsi dan nasional, pemerintah pusat. Keberlangsungan Kota Banjar tak lepas dari hirarki pemerintahan ini.
Harapan menjadi kota agropolitan cukup beralasan dimana lahan-lahan pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan tersedia cukup berlimpah. Agropolitan sendiri dapat diartikan sebagai kota yang berdasarkan pada nilai-nilai yang tak lepas dari lahan. Lahan-lahan yang alami yang diusahakan oleh manusia untuk kelestarian lahan itu sendiri dan untuk kelestarian hidup manusia yang berdampingan dengan alam. [karena sejak dahulu manusia hidup tak lepas berdampingan dengan alam]. Mungkin istilah yang dapat kita gunakan adalah bersahabat dengan alam, bukan mengatakan ‘alam yang tidak bersahabat dengan kita/manusia’ tetapi lebih baik kita katakan ‘kita/manusia yang bersahabat dengan alam’. Kita/manusia sebagai subjek dalam pengelolaan alam/lahan disekitar kita,dipergunakan sebijak mungkin.
Masyarakat agropolitan dicirikan dengan kebergantungan hidup masyarakat terbesar berada pada lahan-lahan alam tadi,pengelolaan lahan-lahan yang teratur,terencana sebijak mungkin,pengelolaan optimal,tanpa melupakan kelestariannya untuk masa-masa yang akan datang.[penggunaan pupuk-pupuk organik dalam hal ini mulai digalakan lagi]
Sektor jasa,perdagangan tentu tak lepas dari pertumbuhan suatu kota [mungkin dalam jangka waktu kedepan ini Agropolitan adalah visi yang sangat tepat] namun tentu dalam jangka panjang sudah mulai harus difikirkan juga perkembangan sektor industri,tentu saja industri terkait dengan alam,adakah industri yang bersahabat dengan alam? Kita membayangkan industri-industri dengan cerobong-cerobong asap,pabrik-pabrik yang menyita lahan-lahan pertanian,atau munculnya dampak-dampak sosial lainnya dari suatu kebangkitan industri disuatu kota,tentu saja sepertinya hal-hal seperti ini mungkin saja dapat terjadi 10,20 tahun ke depan bergantung dari kebijakan pemegang pemerintahan.
Dalam hal ini tata ruang kota harus terncana dengan matang,perhitungan amdal,perhitungan sisi sosial kemasyarakatan,dll mutlak diperlukan.
Manajemen pemerintahan/birokrasi harus lebih baik lagi, SDM pengisi pemerintahan adalah orang-orang yang cakap bekerja, tidak terlalu memikirkan tentengan ke rumah.
Pada akhirnya setiap unsur masyarakat kota memiliki perannya masing-masing. Peran-peran yang bersinergi satu sama lain dalam membangun kota.
Setiap profesi masyarakat turut membangun keberhasilan kota.
Masyarakat Kota Banjar tidak melupakan unsur religiusnya.
Langganan:
Postingan (Atom)