Jumat, 20 Januari 2012

Aku lagi ingat ayah. Mudah-mudahan ayah sehat disana.

Ali RA, sahabat Nabi SAW, menantu beliau pernah berkata; “lelaki yang baik ialah yang mengatakan ‘inilah aku’, bukan ‘inilah ayahku’”. Maksudnya adalah lelaki yang baik menurut Ali ialah yang berusaha sendiri, tidak mengandalkan ayahnya. Aku tak bermaksud memunculkan ayahku. Aku, hanya, lagi ingat ayah. Ayah yang baik, ayah yang galak, ayah yang lucu, ayah yang serius, ayah yang soleh, ayah yang pintar, ayah yang suka berkebun, ayah yang ulama, usia lanjut makin aktif, ayah yang jago maen voli, ayah yang jago maen bola, ayah yang jago badminton, ayah yang pekerja keras, ayah yang suka berdakwah, ayah yang suka pengajian, ayah yang suka baca buku, ayah yang suka baca al-qur’an setiap hari, ayah yang suka ngajarin anak orang, ayah yang bentar lagi pensiun, ayah yang super, ayah yang hebat, ayah yang ingin anak-anaknya mandiri, ayah yang tak pernah putus asa, ayah yang bener-bener ayah.
Aku lagi inget ayah.
Ayah yang membesarkan dan mengurus aku bersama ibu, mendidik aku dan adik-adik hingga dewasa, hingga sekarang ayah masih memperhatikan kami, mensuport kami. Ayah yang menasehati kami bila kami keliru, kadang ayah menyentil kupingku, bila aku kelewatan bandelnya, tak lebih hanya menyentil kecil kupingku. Aku teringat teman bermainku waktu kecil; sampai merah-merah lengan dan kakinya karena disabet kabel oleh ayahnya. Aku masih lumayan. Karena aku bandel juga waktu itu.
Aku lagi inget ayah.
Ayah hujan-hujanan pulang ke rumah bawa meja makan yang baru dibeli sepulang kerja, baju dan celananya basah. Tapi ayah senyum, disambut ibu dan kami.
Aku lagi inget ayah.
Pergi ke masjid dekat rumah ngikutin ayah dari belakang, lalu aku shalat disisi ayah, karena aku belum berani jauh dari ayah waktu itu. Didikan ayah yang berbekas hingga sekarang, berusaha shalat lima waktu di masjid tepat waktu. Aku ingat aku dan dua adikku yang masih kecil-kecil bersama ayah selalu shalat subuh di masjid dekat rumah kami, lainnya bapak-bapak, hanya kami bertiga, anak-anak kecil yang ke masjid ketika subuh, sangat membekas hingga sekarang. Kami berusaha shalat subuh di masjid. Ayah yang mengajari kami mengaji selepas maghrib, tidak boleh tv menyala. Agar kami semangat mengaji, ayah juga mengajari teman-teman kami mengaji di rumahnya. Ramai anak-anak dirumah ayah selepas maghrib sampai isya, begitu terus hingga aku kuliah. Rumah ayah masih didatangi anak yang mengaji. Sekarang ayah dipercaya masyarakat mengelola TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) didekat masjid dekat rumah kami. Santrinya banyak dibantu guru-guru. Sangat membekas. Aku berusaha membaca Al-qur’an selepas maghrib.
Aku ingat diajari ayah tentang sudut, inget banget belajar matematika itu ayah yang ngajarin, belajar kosa kata bahasa inggris, ayah yang ngajarin; belajar bersih-bersih di halaman, ayah yang ngajarin; belajar bulutangkis, ayah yang ngajarin; ayah yang ngajarin main bola di tengah rumah bersama adik-adik. Never forget these..
Ayah yang mengenalkan aku pada Adnan Khashoggi, bahwa hidup harus berusaha memenuhi kebutuhan hidup.
Ayah yang menyayangi kucing. Tak terhitung banyaknya kucing silih berganti meramaikan rumah semenjak kami kecil hingga sekarang. Syarat dari ibu, “kucing dilarang masuk rumah, hanya di teras saja”. Aku ingat nama-nama kucing ayah; si utih, si uter, si nyinyit, si nyunyut [si garong musuh si utih haha..] Akupun menyukai kucing-kucing itu. Aku lupa kucing-kucing lainnya yang pernah datang/ada di rumah. Ayah pernah memelihara ayam. Banyak ayamnya, tiap hari bertelur, kami makan telur sehat setiap hari. Ayah pernah memelihara angsa/soang. Ayah pernah memelihara entog. Ayah senang berbagai jenis pohon. Pisang, pepaya, mangga, rambutan, nangka, mangga apel, wah senangnya. Hingga sekarang kalo pulang ke rumah ayah dan ibu di Serang, ada saja buah-buahan hasil tanaman ayah.
Dulu ingat sewaktu kecil, buah pisang selalu ada di rumah, hasil kebun ayah selain buah pepaya, pohon nangka yang selalu berbuah. Alhamdulillah tetangga-tetangga kebagian hasil tanaman ayah. Mangga sekarang belum berbuah lagi. Kemarin ketika ayah dan ibu datang berkunjung, tak lupa bawa sekantong besar buah mangga yang manis-manis. Ayah seorang pekerja keras. Ayah masih menanam pohon hingga sekarang. Ayah masih mengajar di sekolah. Mata pelajaran yang ayah ajar sekarang adalah BTQ (Baca Tulis Al-Qur’an) mata pelajaran pilihan di sekolah. Sebelumnya ayah pernah mengajar olah raga, pmp, ekonomi, ppkn, bahasa inggris, wah ayahku pintar. Yang sangat membekas padaku ialah ayah mengajariku membaca al-qur’an. Sebentar lagi ayah pensiun, tapi ayah sudah punya rencana mau jualan mukena dan buku-buku katanya. Oiya, ayah dipercaya di sekolahnya mengurus perpustakaan masjid. Dari dulu memang ayah senang sama buku. Berbagai judul buku ayah bawa ke rumah. Yang sangat membekas bagiku ialah ketika ayah memberi buku komik islami padaku, komik tentang Bilal bin Rabah, seorang budak yang pertama kali menerima ajaran yang dibawa Muhammad. Sangat membekas. Bilal yang ditindih batu besar karena mengikuti ajaran Islam, oleh majikannya. Lalu diselamatkan Allah dengan dibelinya Bilal oleh Abu Bakar As-Siddiq. Bilal ketika itu hanya mengucapkan ‘Ahad’ ‘..Ahad ‘ saja. Yang berarti Allah Maha Esa, ketika ditindih batu besar di padang pasir yang terik panas oleh majikannya. Aku dulu bandel, lalu dibelikanlah buku itu oleh ayah, lalu aku senang buku.
Mudah-mudahan cita-cita ayah ke tanah suci kesampean yah... aamiin..