Kamis, 28 September 2017

Mendaki Gunung Salak 2211 mdpl ; MAI dan ACA

Saya naik Gunung Salak sama Sujay, Diki, Alfian, Yudis, Miftah, Duro,Ifal, Bu Iren dan Devi, Rosita Dewi, Anink, Diyah, Bu Iis dan Via. Maha Suci Allah, keren banget jalur naik dan turun Gunung Salak itu. Kemarin kami naik lewat Cimelati dan turun lewat Cidahu, oh iya, kami ditemani pula oleh guide lokal yaitu Kang Dean_kadang kami memanggilnya Kang Rambo, dan dodok. Trek jalur salak membuat kangen kata Kang Rambo. Tingkat kesabaran yang tinggi sangat dibutuhkan untuk sampai ke puncak salak 1, Puncak Manik. Betapa tidak, jalur yang kami lalui begitu sulit. Nanjak terus, kadang kemiringan sampai 900. Ketika kami naik, kami kehujanan selepas pos 4, target sampai puncak jam 5 sore tak tercapai. Puncak Manik makin sulit dicapai karena kondisi yang gelap malam, hujan, lumpur … Maha Suci Allah… tekad sudah kuat, kami harus sampai puncak apapun yang terjadi, walau sahabat kami, Ifal, harus turun lagi setelah pos 3, karena kram kaki yang cukup parah. Diki dan dodok yang mengantarnya turun sampai pos 1 kembali. Dibawa riang aja perjalanan nanjak lewat Cimelati itu kemarin, becanda-becanda, joke-joke ringan.. eh sampai juga ke puncak. Maha Suci Allah saya dapat pelajaran dari naik Gunung Salak itu. Bagaimana kita seharusnya menghargai hidup. Menghargai hidup yang Allah beri. Allah sudah memberi kesempatan hidup pada kita, semoga kita mengisinya dengan berbagai kebaikan yang bermanfaat. Begitu terjalnya ketika kita turun lewat Cidahu itu. Ada bagian dimana saya harus benar-benar jalan merayap melewati celah-celah diantara jurang dikanan dan dikiri. Meleng sedikit, terjatuhlah saya ke jurang. Maha Suci Allah. Kurang lebih 5 tempat kami harus turun dengan tali webbing dengan ketinggian kurang lebih 10 meter dengan kemiringan hampir 900. Maha Suci Allah kami dapat melaluinya. Jalanan becek berlumpur harus kami hadapi ketika turun lewat Cidahu itu. Melewati rawa, dua kali, setinggi betis. Maha Suci Allah kami melewatinya. Hujan turun deras kurang lebih 2 jam ketika kami turun itu. Maha Suci Allah kami melewatinya. Maha Suci Allah yang sudah memperjalankan kami hingga puncak salak 1. Persahabatan dan kerjasama luar biasa dengan kalian team MAI dan ACA. Muslim Adventure Indonesia dan Akhwat Community Adventure. Maha Suci Allah, jangan dikira gampang naik gunung salak ini, treknya cukup menantang, bikin kangen kata Kang Dean lagi. Never give up.. Allah yang membuat kita bisa sampai puncak manik itu. Kami mulai sampai puncak bertahap mulai kira-kira jam 9 malam minggu itu. Penat, lelah jiwa terasa banget malam itu. Langsung dirikan tenda, bikin air panas, kopi, susu, wedang jahe, mie rebus, terasa nikmat Alhamdulillah.. Segala Puji bagi Allah…itu akhwat2 tangguh semua…muncak semua, 5 tenda kami dirikan di puncak itu. Paginya masak-masak ngobrol ngalor ngidul, becanda, ketemu pendaki lain, makan, ngopi lagi, minum jahe susu lagi, aktivitas pribadi, baca qur’an_ ini yang terpenting. Ciri khas komunitas MAI, baca qur’an di puncak gunung.. warbiasa_ saya baca qur’an dalem tenda aja. Kabut dingin pagi itu. Matahari masih malu-malu bersinar menyapa kami. Padahal tadi malam bintang-bintang bertaburan indah menyambut kami di puncak itu. Dingin bro & sis. Tapi alhamdulillah tidur nyenyak aku malam itu. Bareng Sujay, Diki dan Alfian dalam satu tenda. Sleep well, dream nice, so fresh dalam pelukan semesta malam itu. I feel free yang sebenar-benarnya .. sebenernya sejak naik pick up dari Sukabumi itu udah terasa bener I feel free nya itu.. bebas dari kepenatan urusan hidup yang menyesakkan batin, menghimpit otak, menyiksa raga, jadi deh saya kepengen banget naik gunung kemarin itu. Udah banyak titik jenuh saat itu, saatnya me-refresh segala komponen akal rasa dan jasad. Harus di-refresh lagi dengan naik gunung. ‘moga sehat’ kata ibuku yang lagi di tanah suci Mekkah.. enjoy this travelling.. Aaah begitu menyenangkannya berada diantara belukar, lumpur basah, hujan deras, hutan rimba alam liar menyatu dengan alam, bersujud diatas tanahnya, memohon perlindungan Allah, Tuhan Semesta Alam, semoga melindungi, memberkahi hidup kami, membimbing hidup kami, mengampuni kami, menyehatkan kami, menaikkan derajat kami hingga ke syurga-Nya kelak, memaafkan banyak khilaf kami, merahmati hidup kami, menunjuki kami ke jalan yang lurus, bukan jalan yang dimurkai dan bukan jalan yang sesat, aamiin… Diperjalanan naik lewat Cimelati itu, saya teringat perjuangan muslim Rohingya yang terusir dari tanahnya. Perjalanan kami belum seberapa, dibanding perihnya saudara muslim kami keluar dari tanahnya, keluar dari Myanmar menuju Bangladesh, berjalan berhari-hari menahan lapar,.. Maha Suci Allah Lindungi kami wahai Allah Tuhan Semesta Alam. Lindungi kami, lindungi saudara-saudara muslim kami yang teraniaya di belahan bumi lain… di belahan bumi yang Engkau berkati Maha Besar Allah. Tiada Tuhan Selain Allah Kami meminta ampun atas segala kelalaian kami dari mengingati-Mu, dari kemaksiatan kepada-Mu. Tiada daya dan upaya selain dengan pertolongan Allah… Kami sampai kembali turun di pos terakhir Cidahu kurang lebih jam 19.30 malam senin itu. Ngopi-ngopi lagi, makan nasi, makan mie, cemilan, ngobrol-ngobrol lagi, becanda-becanda lagi. Ada yang ngasih Devi permen relaxa tulisan ‘I like you’.. duh siapa sih itu… racun banget heheh… Miss you all bro & sis. May Allah gathers us again in His jannah.. aamiin…