Rabu, 26 Februari 2025

mungkin Masjid Al-Ukhuwah akan ngomong kaya gini :) :

Makasih yaa,

Udah sapuin sampah sampah dihalaman

Udah lap kaca jendela

Udah sikat, pel lantai masjid

Udah siram dinding

Udah pasang speker

Udah gosok lantai toilet

Udah pasang lampu

Udah pasang kanopi

Udah bawa makanan dan minuman

Udah londri mukena

Udah beli karpet baru

Udah kasih wangi wangian

Udah cuci terpal

Udah sapu lantai

Udah perbaiki kapstok

Udah sedot debu di karpet

Udah kuras toren

Udah pasang konblok

Udah perbaiki kipas angin

Udah jemur keset

Udah cabut rumput

Udah perbaiki sound system

Udah pasang kipas angin baru

Udah perbaiki kran air

Udah perbaiki lampu wc 

Udah bersihin gudang

Udah pasang fiber

Udah sanctify My House

Udah berbuat banyak hal baik untuk masjid

Fataqobbal minnaa

Terimalah ibadah kami

Shollu alannabii

Allahumma sholli wa sallim wa baarik alaih 


Www.tedigumelaran.blogspot.com

Selasa, 04 Februari 2025

Kekejaman di Luar Nalar: Tragedi di Palestina

 Pendahuluan

Konflik yang berkepanjangan di Palestina telah menjadi sorotan dunia selama puluhan tahun. Kekejaman yang diperlihatkan oleh Zionis terhadap rakyat Palestina telah melampaui batas kemanusiaan. Tanah yang diberkahi oleh Allah SWT itu kini menjadi saksi penderitaan ratusan ribu manusia yang dibantai dengan keji. Peristiwa-peristiwa tragis ini tidak hanya menjadi luka mendalam bagi rakyat Palestina, tetapi juga menjadi ujian luar biasa bagi umat Islam dan seluruh manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Terakhir, pimpinan Hamas, Asy-Syahid Ismail Haniya, menjadi korban kekejaman mereka. Pembunuhan ini menambah panjang daftar kejahatan perang yang dilakukan oleh Zionis terhadap rakyat Palestina. Tulisan ini merupakan opini pribadi berdasarkan kenyataan yang terjadi saat ini di bumi yang pernah menjadi tempat diutusnya para nabi oleh Allah SWT.
Sejarah Panjang Penjajahan dan Perampasan Tanah
Konflik antara Palestina dan Zionis berakar sejak awal abad ke-20 ketika gerakan Zionisme mulai mendorong pendirian negara Israel di tanah Palestina. Dengan dukungan dari kekuatan-kekuatan besar dunia, terutama setelah Perang Dunia II, wilayah Palestina secara sistematis direbut melalui berbagai cara, termasuk kekerasan dan pengusiran paksa.
Pada tahun 1948, Nakba (bencana) terjadi ketika lebih dari 750.000 warga Palestina diusir dari tanah mereka, rumah-rumah dihancurkan, dan desa-desa mereka diluluhlantakkan. Sejak saat itu, Israel terus memperluas pendudukannya dengan mendirikan pemukiman ilegal di Tepi Barat dan melakukan blokade ketat terhadap Gaza, menciptakan penderitaan yang tak berkesudahan bagi rakyat Palestina.
Genosida dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Kekejaman yang terjadi di Palestina bukan sekadar konflik biasa, tetapi sudah mencapai tingkat kejahatan terhadap kemanusiaan. Serangan udara tanpa pandang bulu telah menghancurkan rumah-rumah, sekolah, rumah sakit, serta tempat ibadah. Ribuan nyawa tak berdosa, termasuk anak-anak dan wanita, telah melayang akibat serangan brutal yang dilakukan oleh Zionis.
Organisasi internasional seperti PBB dan Amnesty International telah berulang kali mengutuk tindakan ini. Namun, hingga saat ini, dunia tampak belum mampu menghentikan kekejaman yang terus berlangsung. Blokade terhadap Gaza telah menyebabkan kelangkaan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya, membuat kehidupan semakin sulit bagi warga Palestina yang bertahan.
Perlawanan Rakyat Palestina
Di tengah penderitaan yang tiada akhir, rakyat Palestina terus menunjukkan ketabahan dan perlawanan. Mereka tidak tinggal diam terhadap penjajahan yang mereka alami selama puluhan tahun. Dari Intifada pertama pada tahun 1987 hingga perlawanan saat ini, semangat perjuangan mereka tidak pernah padam.
Perlawanan Palestina bukan hanya melalui perjuangan bersenjata, tetapi juga melalui diplomasi dan perlawanan sipil. Banyak aktivis, jurnalis, dan pemimpin Palestina yang terus menyuarakan ketidakadilan yang mereka alami di berbagai forum internasional. Namun, banyak dari mereka yang akhirnya menjadi korban represi dan pembunuhan terencana oleh Zionis.
Media Sosial dan Kesadaran Global
Di era digital ini, kekejaman yang dilakukan oleh Zionis semakin sulit untuk disembunyikan. Video-video yang beredar di media sosial menunjukkan dengan jelas bagaimana rakyat Palestina diperlakukan dengan keji. Dunia kini bisa menyaksikan secara langsung penderitaan yang mereka alami, meskipun propaganda media arus utama sering kali berusaha memutarbalikkan fakta.
Banyak aktivis dan masyarakat dunia yang bersolidaritas dengan Palestina, mengadakan demonstrasi dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran global. Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap Israel semakin gencar dilakukan oleh berbagai negara sebagai bentuk protes terhadap kebijakan apartheid yang diterapkan oleh Zionis terhadap rakyat Palestina.
Kesimpulan
Tragedi di Palestina adalah salah satu kejahatan kemanusiaan terbesar di era modern. Kekejaman yang dilakukan oleh Zionis bukan sekadar konflik regional, melainkan perampasan hak hidup sebuah bangsa. Dunia memiliki tanggung jawab moral untuk menghentikan kejahatan ini dan memperjuangkan hak rakyat Palestina untuk merdeka dan hidup dalam kedamaian.
Sebagai umat Islam dan manusia yang menjunjung tinggi keadilan, kita tidak boleh diam terhadap ketidakadilan ini. Dukungan dalam berbagai bentuk, baik melalui doa, sumbangan, maupun penyebaran informasi yang benar, adalah langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk membantu perjuangan rakyat Palestina. Semoga Allah SWT memberikan kemenangan dan ketabahan bagi mereka yang tertindas. Amin.

Rabu, 29 Januari 2025

Langkah, Rindu dan Perjalanan yang Tak Usai

 

Gunung selalu punya cara untuk memanggil kembali orang-orang yang pernah mendakinya. Entah kenapa, belakangan ini aku begitu ingin bertemu kembali dengan teman-teman pendakian Semeru tahun 2014. Mungkin ada sesuatu yang membuat perasaan ini muncul.

Aku masih ingat betapa serunya perjalanan itu. Teman-teman yang saling membersamai dalam satu tujuan, saling menyemangati, saling melindungi, dan tentu saja, saling bercanda. Itulah yang membuat perjalanan mendaki gunung tidak hanya sekadar mencapai puncak, tapi lebih kepada menikmati prosesnya bersama orang-orang yang sefrekuensi. Hobi ini memang seperti candu, tidak akan pernah ada habisnya. Aku masih menyimpan tenda, sleeping bag, dan perlengkapan lainnya. Gunung masih tetap ada di tempatnya, tetapi kenangan mendaki bersama mereka, itu yang tidak akan pernah hilang.

Aku pernah bertemu lagi dengan Cak Dany pada tahun 2018 saat kami berpapasan di jalur pendakian Semeru. Waktu itu, meskipun hanya sebentar, perasaan nostalgia langsung menyeruak. Rasanya seperti kembali ke tahun 2014, ketika kami pertama kali mendaki bersama.

Beberapa waktu lalu, aku begitu ingin bertemu mereka lagi. Mungkin karena rindu suasana kebersamaan itu. Kebetulan, Pak Dewan memposting foto di grup alumni Semeru 2014 bahwa mereka sedang dalam perjalanan ke Jakarta untuk menghadiri Mubes ODOJ 3. Saat itu aku baru saja membuka jahitan pascaoperasi pada hari Sabtu, dan sempat merasa khawatir jika luka ini bermasalah. Namun, keinginan untuk bertemu mereka lebih besar. Kamal merespons ajakan di grup dan mengajak untuk ngopi di Elits Café Gambir, sebuah kafe milik warga Gaza di Indonesia. Pak Kunt juga merespons dan ingin bertemu dengan Cak Dany dan Pak Dewan. Akhirnya, kami sepakati untuk bertemu di sana.

Kamal tidak bisa jadi bertemu di kafe, akhirnya kami bertemu di sekretariat ODOJ di Pasar Minggu. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa bertemu mereka. Pertemuan itu penuh canda tawa, obrolan panjang, dan nostalgia yang menghangatkan hati

Ini adalah kali kedua aku ke sekretariat ODOJ. Bertemu dengan banyak teman-teman ODOJ dari berbagai daerah, termasuk dari DPA Jateng dan DPA Ciamis, membuat suasana semakin akrab. Aku merasa senang bisa berada di tengah komunitas ini lagi.

Sekitar pukul 17.00, Cak Dany dan Pak Dewan pamit untuk kembali ke Surabaya. Aku pun kembali ke Serang, naik KRL lalu menyambung dengan kereta lokal Rangkas-Merak. Dalam perjalanan pulang, aku masih terbawa euforia pertemuan tadi. Rasanya seperti kembali ke masa-masa pendakian, saat kami saling membantu, bercanda, dan menikmati setiap langkah perjalanan.

Rasanya ingin mendaki Semeru lagi. Entah bersama siapa kali ini. Cak Ipang, Dokter Irsyad, Sujay, Alfian, Rodi, dan lainnya? Tapi kini, batas pendakian hanya sampai Ranu Kumbolo. Mahameru belum bisa didaki lagi. Lalu, apa sebenarnya yang dicari dari mendaki gunung? Di puncaknya hanya ada hamparan pasir. Capek? Jelas. Keluar uang? Iya. Letih? Pasti. Lalu, kenapa tetap ingin naik gunung?

Mungkin karena perjalanan itulah yang kita rindukan. Kebersamaan dengan teman-teman pendakian. Momen ketika kita saling menjaga, saling menguatkan, dan berbagi tawa di tengah dinginnya alam. Mungkin itulah pelajaran terbesar dari mendaki gunung: bahwa dalam hidup, kita harus saling membantu dan menolong.

Lalu, apa selanjutnya? Ya, jalani saja dengan sabar. Banyak hal dalam hidup yang tidak kita mengerti. Syukuri apa yang ada, karena hidup adalah anugerah. Ketika ada kesulitan, bersabarlah. Terima kasih Tuhan, untuk perjalanan ini dan untuk teman-teman yang selalu ada.

www.tedigumelaran.blogspot.com

Sabtu, 25 Januari 2025

Pengalaman di RS Jannah Serang

 

Pengalamanku di RS Jannah ini benar-benar meninggalkan kesan mendalam. Aku baru saja menjalani operasi untuk mengangkat tumor di dada. Operasi ini dilakukan oleh dr. Nano dan timnya. Hari ini, Sabtu, 25 Januari 2025, adalah momen di mana jahitan operasiku dibuka langsung oleh dr. Nano Isdiyanto, Sp.B. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Aku hanya bisa berdoa semoga kesehatanku selalu terjaga. Aamiin.

Momen ini mengingatkan aku pada dua minggu lalu, saat operasi pertama kali dilakukan. Mamah yang setia mengantarku waktu itu. Saat itu, Idho, anakku, baru saja selesai sunat. Syukurlah, dia cepat pulih. Tapi, meninggalkan Hassan dan Maryam bukan pilihan yang mudah. Semua anak membutuhkan perhatian, aku dan istri harus saling membantu.

RS Jannah ini terbilang baru, usianya baru sekitar satu tahun. Tapi aku merasa tempat ini akan berkembang pesat. Kebersihan dan kerapian rumah sakit ini menciptakan suasana yang nyaman. Para dokternya aktif menjelaskan kondisi pasien dengan sangat detail. Aku merasa sangat dihargai sebagai pasien.

Namun, momen paling berkesan adalah saat aku memasuki ruang operasi. Itu pertama kalinya aku masuk ruang operasi. Ada perasaan pasrah luar biasa. Aku tahu aku akan dibius total, dan pikiranku mulai memikirkan hal-hal yang aneh. "Apakah aku akan hidup kembali?" "Bagaimana jika aku tidak bangun?" Pikiran-pikiran seperti itu terus berputar di kepala.

Mamah setia menemaniku. Dia mengantar sampai ke pintu ruang operasi, menungguku di luar, dan tetap berada di sana sampai aku sadar sepenuhnya. Aku melihat bagaimana mamah menyeka wajahku dengan lembut, seperti saat aku masih kecil. Perhatian dan kasih sayangnya benar-benar tak tergantikan. Aku merasa seperti bayi lagi, disuapi, dirawat, bahkan ditemani saat aku belum bisa bergerak dengan bebas. Terima kasih banyak, Mamah. Semua ini tidak akan pernah cukup untuk membalas jasamu.

Di ruang operasi, ada sekitar lima orang yang aku lihat, meski aku tidak menghitungnya dengan pasti. Suasana dibuat santai. Mereka bercanda, mungkin untuk mengurangi ketegangan. Salah satu dari mereka bertanya, "Puasa ya, Pak? Senin Kamis?" Aku tersenyum kecil meski tetap tegang. Aku memang sudah berpuasa hampir tujuh jam sebelum operasi. Mereka memintaku naik ke tempat tidur operasi dan menggeser sedikit posisiku ke atas. Setelah itu, mereka mulai memasang alat di jari-jari tanganku.

Dokter anestesi mendekat dan dengan lembut berkata, "Baca Al-Fatihah, Pak, Ayat Kursi, dan sholawat." Kata-katanya itu menenangkan sekali. Aku memegang perut dan berdoa dalam hati. Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi. Ketika sadar, aku sudah berada di kamar perawatan.

Aku sangat ingin mengucapkan terima kasih kepada dokter anestesi itu. Kata-katanya yang mengingatkanku untuk berzikir sebelum "tidur panjang" sangat berarti bagiku. Aku tidak tahu siapa namanya, tapi aku ingin dia tahu betapa aku bersyukur atas itu. Mengingat Allah sebelum operasi adalah pengalaman yang begitu menenangkan dan membekas di hati. Aku jadi merenung, bagaimana akhir hidupku kelak? Jika bisa seperti itu, berzikir sebelum pergi, tentu sangat indah. Semoga kita semua diberikan kebiasaan baik selama hidup agar akhir hayat kita pun baik. Aamiin.

Aku juga tidak lupa berterima kasih kepada istriku yang luar biasa. Dia merawat lukaku dengan penuh kasih sayang, mengganti perban, memberiku makan, mencucikan bajuku, dan melakukan semuanya dengan sabar. Tidak ada yang bisa menandingi kebaikannya. Aku benar-benar bersyukur memiliki dia di hidupku.

Aku dirawat di ruang VIP rumah sakit ini. Sebenarnya, sesuai BPJS, aku seharusnya dirawat di kelas 1. Tapi karena kelas 1 penuh, aku ditempatkan di ruang VIP. Alhamdulillah, ruangan ini nyaman, dengan fasilitas seperti TV dan kulkas. Rasanya seperti berada di rumah sendiri.

Di sini, aku juga bertemu dengan seorang pasien bernama Pak Asep Mulyana. Beliau sempat menjengukku setelah operasiku selesai. Kami mengobrol panjang lebar, dan beliau memberikan banyak nasihat baik. Terima kasih, Pak Asep, atas kebaikan dan perhatiannya.

Tidak lupa, aku juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para perawat di ruang 203 VIP RS Jannah, terutama dr. Hodijah dan dr. Y. Hidayati di klinik jannah 2, serta para pegawai lainnya seperti petugas administrasi, cleaning service, satpam, dan tukang parkir. Semua bekerja dengan penuh dedikasi dan membuatku merasa nyaman selama di sini.

Pengalaman ini mengajarkanku banyak hal. Tentang bersyukur, tentang pentingnya keluarga, dan tentang ketenangan yang datang dari zikir. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantuku melalui proses ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Aamiin.

www.tedigumelaran.blogspot.com