Pengalamanku di RS Jannah ini benar-benar meninggalkan kesan mendalam. Aku
baru saja menjalani operasi untuk mengangkat tumor di dada. Operasi ini
dilakukan oleh dr. Nano dan timnya. Hari ini, Sabtu, 25 Januari 2025, adalah
momen di mana jahitan operasiku dibuka langsung oleh dr. Nano Isdiyanto, Sp.B. Alhamdulillah,
semuanya berjalan lancar. Aku hanya bisa berdoa semoga kesehatanku selalu
terjaga. Aamiin.
Momen ini mengingatkan aku pada dua minggu lalu, saat operasi pertama kali
dilakukan. Mamah yang setia mengantarku waktu itu. Saat itu, Idho, anakku, baru
saja selesai sunat. Syukurlah, dia cepat pulih. Tapi, meninggalkan Hassan dan
Maryam bukan pilihan yang mudah. Semua anak membutuhkan perhatian, aku dan
istri harus saling membantu.
RS Jannah ini terbilang baru, usianya baru sekitar satu tahun. Tapi aku
merasa tempat ini akan berkembang pesat. Kebersihan dan kerapian rumah sakit
ini menciptakan suasana yang nyaman. Para dokternya aktif menjelaskan kondisi
pasien dengan sangat detail. Aku merasa sangat dihargai sebagai pasien.
Namun, momen paling berkesan adalah saat aku memasuki ruang operasi. Itu
pertama kalinya aku masuk ruang operasi. Ada perasaan pasrah luar biasa. Aku
tahu aku akan dibius total, dan pikiranku mulai memikirkan hal-hal yang aneh.
"Apakah aku akan hidup kembali?" "Bagaimana jika aku tidak
bangun?" Pikiran-pikiran seperti itu terus berputar di kepala.
Mamah setia menemaniku. Dia mengantar sampai ke pintu ruang operasi,
menungguku di luar, dan tetap berada di sana sampai aku sadar sepenuhnya. Aku
melihat bagaimana mamah menyeka wajahku dengan lembut, seperti saat aku masih
kecil. Perhatian dan kasih sayangnya benar-benar tak tergantikan. Aku merasa
seperti bayi lagi, disuapi, dirawat, bahkan ditemani saat aku belum bisa
bergerak dengan bebas. Terima kasih banyak, Mamah. Semua ini tidak akan pernah
cukup untuk membalas jasamu.
Di ruang operasi, ada sekitar lima orang yang aku lihat, meski aku tidak
menghitungnya dengan pasti. Suasana dibuat santai. Mereka bercanda, mungkin
untuk mengurangi ketegangan. Salah satu dari mereka bertanya, "Puasa ya,
Pak? Senin Kamis?" Aku tersenyum kecil meski tetap tegang. Aku memang
sudah berpuasa hampir tujuh jam sebelum operasi. Mereka memintaku naik ke
tempat tidur operasi dan menggeser sedikit posisiku ke atas. Setelah itu,
mereka mulai memasang alat di jari-jari tanganku.
Dokter anestesi mendekat dan dengan lembut berkata, "Baca Al-Fatihah,
Pak, Ayat Kursi, dan sholawat." Kata-katanya itu menenangkan sekali. Aku
memegang perut dan berdoa dalam hati. Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa
lagi. Ketika sadar, aku sudah berada di kamar perawatan.
Aku sangat ingin mengucapkan terima kasih kepada dokter anestesi itu.
Kata-katanya yang mengingatkanku untuk berzikir sebelum "tidur
panjang" sangat berarti bagiku. Aku tidak tahu siapa namanya, tapi aku
ingin dia tahu betapa aku bersyukur atas itu. Mengingat Allah sebelum operasi
adalah pengalaman yang begitu menenangkan dan membekas di hati. Aku jadi
merenung, bagaimana akhir hidupku kelak? Jika bisa seperti itu, berzikir
sebelum pergi, tentu sangat indah. Semoga kita semua diberikan kebiasaan baik
selama hidup agar akhir hayat kita pun baik. Aamiin.
Aku juga tidak lupa berterima kasih kepada istriku yang luar biasa. Dia
merawat lukaku dengan penuh kasih sayang, mengganti perban, memberiku makan,
mencucikan bajuku, dan melakukan semuanya dengan sabar. Tidak ada yang bisa
menandingi kebaikannya. Aku benar-benar bersyukur memiliki dia di hidupku.
Aku dirawat di ruang VIP rumah sakit ini. Sebenarnya, sesuai BPJS, aku
seharusnya dirawat di kelas 1. Tapi karena kelas 1 penuh, aku ditempatkan di
ruang VIP. Alhamdulillah, ruangan ini nyaman, dengan fasilitas seperti TV dan
kulkas. Rasanya seperti berada di rumah sendiri.
Di sini, aku juga bertemu dengan seorang pasien bernama Pak Asep Mulyana.
Beliau sempat menjengukku setelah operasiku selesai. Kami mengobrol panjang
lebar, dan beliau memberikan banyak nasihat baik. Terima kasih, Pak Asep, atas
kebaikan dan perhatiannya.
Tidak lupa, aku juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para perawat di
ruang 203 VIP RS Jannah, terutama dr. Hodijah dan dr. Y. Hidayati di klinik
jannah 2, serta para pegawai lainnya seperti petugas administrasi, cleaning
service, satpam, dan tukang parkir. Semua bekerja dengan penuh dedikasi dan
membuatku merasa nyaman selama di sini.
Pengalaman ini mengajarkanku banyak hal. Tentang bersyukur, tentang
pentingnya keluarga, dan tentang ketenangan yang datang dari zikir. Terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantuku melalui proses ini. Semoga Allah
membalas kebaikan kalian semua. Aamiin.
www.tedigumelaran.blogspot.com