Gunung selalu punya cara untuk memanggil kembali
orang-orang yang pernah mendakinya. Entah kenapa, belakangan ini aku begitu
ingin bertemu kembali dengan teman-teman pendakian Semeru tahun 2014. Mungkin
ada sesuatu yang membuat perasaan ini muncul.
Aku masih ingat betapa serunya perjalanan itu.
Teman-teman yang saling membersamai dalam satu tujuan, saling menyemangati,
saling melindungi, dan tentu saja, saling bercanda. Itulah yang membuat
perjalanan mendaki gunung tidak hanya sekadar mencapai puncak, tapi lebih
kepada menikmati prosesnya bersama orang-orang yang sefrekuensi. Hobi ini
memang seperti candu, tidak akan pernah ada habisnya. Aku masih menyimpan
tenda, sleeping bag, dan perlengkapan lainnya. Gunung masih tetap ada di
tempatnya, tetapi kenangan mendaki bersama mereka, itu yang tidak akan pernah
hilang.
Aku pernah bertemu lagi dengan Cak Dany pada
tahun 2018 saat kami berpapasan di jalur pendakian Semeru. Waktu itu, meskipun
hanya sebentar, perasaan nostalgia langsung menyeruak. Rasanya seperti kembali
ke tahun 2014, ketika kami pertama kali mendaki bersama.
Beberapa waktu lalu, aku begitu ingin bertemu
mereka lagi. Mungkin karena rindu suasana kebersamaan itu. Kebetulan, Pak Dewan
memposting foto di grup alumni Semeru 2014 bahwa mereka sedang dalam perjalanan
ke Jakarta untuk menghadiri Mubes ODOJ 3. Saat itu aku baru saja membuka
jahitan pascaoperasi pada hari Sabtu, dan sempat merasa khawatir jika luka ini
bermasalah. Namun, keinginan untuk bertemu mereka lebih besar. Kamal merespons
ajakan di grup dan mengajak untuk ngopi di Elits Café Gambir, sebuah kafe milik
warga Gaza di Indonesia. Pak Kunt juga merespons dan ingin bertemu dengan Cak
Dany dan Pak Dewan. Akhirnya, kami sepakati untuk bertemu di sana.
Kamal tidak bisa jadi bertemu di kafe, akhirnya
kami bertemu di sekretariat ODOJ di Pasar Minggu. Alhamdulillah, akhirnya aku
bisa bertemu mereka. Pertemuan itu penuh canda tawa, obrolan panjang, dan
nostalgia yang menghangatkan hati
Ini adalah kali kedua aku ke sekretariat ODOJ.
Bertemu dengan banyak teman-teman ODOJ dari berbagai daerah, termasuk dari DPA
Jateng dan DPA Ciamis, membuat suasana semakin akrab. Aku merasa senang bisa
berada di tengah komunitas ini lagi.
Sekitar pukul 17.00, Cak Dany dan Pak Dewan pamit
untuk kembali ke Surabaya. Aku pun kembali ke Serang, naik KRL lalu menyambung
dengan kereta lokal Rangkas-Merak. Dalam perjalanan pulang, aku masih terbawa
euforia pertemuan tadi. Rasanya seperti kembali ke masa-masa pendakian, saat
kami saling membantu, bercanda, dan menikmati setiap langkah perjalanan.
Rasanya ingin mendaki Semeru lagi. Entah bersama
siapa kali ini. Cak Ipang, Dokter Irsyad, Sujay, Alfian, Rodi, dan lainnya?
Tapi kini, batas pendakian hanya sampai Ranu Kumbolo. Mahameru belum bisa
didaki lagi. Lalu, apa sebenarnya yang dicari dari mendaki gunung? Di puncaknya
hanya ada hamparan pasir. Capek? Jelas. Keluar uang? Iya. Letih? Pasti. Lalu,
kenapa tetap ingin naik gunung?
Mungkin karena perjalanan itulah yang kita
rindukan. Kebersamaan dengan teman-teman pendakian. Momen ketika kita saling
menjaga, saling menguatkan, dan berbagi tawa di tengah dinginnya alam. Mungkin
itulah pelajaran terbesar dari mendaki gunung: bahwa dalam hidup, kita harus
saling membantu dan menolong.
Lalu, apa selanjutnya? Ya, jalani saja dengan
sabar. Banyak hal dalam hidup yang tidak kita mengerti. Syukuri apa yang ada,
karena hidup adalah anugerah. Ketika ada kesulitan, bersabarlah. Terima kasih
Tuhan, untuk perjalanan ini dan untuk teman-teman yang selalu ada.