Rabu, 29 Januari 2025

Langkah, Rindu dan Perjalanan yang Tak Usai

 

Gunung selalu punya cara untuk memanggil kembali orang-orang yang pernah mendakinya. Entah kenapa, belakangan ini aku begitu ingin bertemu kembali dengan teman-teman pendakian Semeru tahun 2014. Mungkin ada sesuatu yang membuat perasaan ini muncul.

Aku masih ingat betapa serunya perjalanan itu. Teman-teman yang saling membersamai dalam satu tujuan, saling menyemangati, saling melindungi, dan tentu saja, saling bercanda. Itulah yang membuat perjalanan mendaki gunung tidak hanya sekadar mencapai puncak, tapi lebih kepada menikmati prosesnya bersama orang-orang yang sefrekuensi. Hobi ini memang seperti candu, tidak akan pernah ada habisnya. Aku masih menyimpan tenda, sleeping bag, dan perlengkapan lainnya. Gunung masih tetap ada di tempatnya, tetapi kenangan mendaki bersama mereka, itu yang tidak akan pernah hilang.

Aku pernah bertemu lagi dengan Cak Dany pada tahun 2018 saat kami berpapasan di jalur pendakian Semeru. Waktu itu, meskipun hanya sebentar, perasaan nostalgia langsung menyeruak. Rasanya seperti kembali ke tahun 2014, ketika kami pertama kali mendaki bersama.

Beberapa waktu lalu, aku begitu ingin bertemu mereka lagi. Mungkin karena rindu suasana kebersamaan itu. Kebetulan, Pak Dewan memposting foto di grup alumni Semeru 2014 bahwa mereka sedang dalam perjalanan ke Jakarta untuk menghadiri Mubes ODOJ 3. Saat itu aku baru saja membuka jahitan pascaoperasi pada hari Sabtu, dan sempat merasa khawatir jika luka ini bermasalah. Namun, keinginan untuk bertemu mereka lebih besar. Kamal merespons ajakan di grup dan mengajak untuk ngopi di Elits Café Gambir, sebuah kafe milik warga Gaza di Indonesia. Pak Kunt juga merespons dan ingin bertemu dengan Cak Dany dan Pak Dewan. Akhirnya, kami sepakati untuk bertemu di sana.

Kamal tidak bisa jadi bertemu di kafe, akhirnya kami bertemu di sekretariat ODOJ di Pasar Minggu. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa bertemu mereka. Pertemuan itu penuh canda tawa, obrolan panjang, dan nostalgia yang menghangatkan hati

Ini adalah kali kedua aku ke sekretariat ODOJ. Bertemu dengan banyak teman-teman ODOJ dari berbagai daerah, termasuk dari DPA Jateng dan DPA Ciamis, membuat suasana semakin akrab. Aku merasa senang bisa berada di tengah komunitas ini lagi.

Sekitar pukul 17.00, Cak Dany dan Pak Dewan pamit untuk kembali ke Surabaya. Aku pun kembali ke Serang, naik KRL lalu menyambung dengan kereta lokal Rangkas-Merak. Dalam perjalanan pulang, aku masih terbawa euforia pertemuan tadi. Rasanya seperti kembali ke masa-masa pendakian, saat kami saling membantu, bercanda, dan menikmati setiap langkah perjalanan.

Rasanya ingin mendaki Semeru lagi. Entah bersama siapa kali ini. Cak Ipang, Dokter Irsyad, Sujay, Alfian, Rodi, dan lainnya? Tapi kini, batas pendakian hanya sampai Ranu Kumbolo. Mahameru belum bisa didaki lagi. Lalu, apa sebenarnya yang dicari dari mendaki gunung? Di puncaknya hanya ada hamparan pasir. Capek? Jelas. Keluar uang? Iya. Letih? Pasti. Lalu, kenapa tetap ingin naik gunung?

Mungkin karena perjalanan itulah yang kita rindukan. Kebersamaan dengan teman-teman pendakian. Momen ketika kita saling menjaga, saling menguatkan, dan berbagi tawa di tengah dinginnya alam. Mungkin itulah pelajaran terbesar dari mendaki gunung: bahwa dalam hidup, kita harus saling membantu dan menolong.

Lalu, apa selanjutnya? Ya, jalani saja dengan sabar. Banyak hal dalam hidup yang tidak kita mengerti. Syukuri apa yang ada, karena hidup adalah anugerah. Ketika ada kesulitan, bersabarlah. Terima kasih Tuhan, untuk perjalanan ini dan untuk teman-teman yang selalu ada.

www.tedigumelaran.blogspot.com

Sabtu, 25 Januari 2025

Pengalaman di RS Jannah Serang

 

Pengalamanku di RS Jannah ini benar-benar meninggalkan kesan mendalam. Aku baru saja menjalani operasi untuk mengangkat tumor di dada. Operasi ini dilakukan oleh dr. Nano dan timnya. Hari ini, Sabtu, 25 Januari 2025, adalah momen di mana jahitan operasiku dibuka langsung oleh dr. Nano Isdiyanto, Sp.B. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Aku hanya bisa berdoa semoga kesehatanku selalu terjaga. Aamiin.

Momen ini mengingatkan aku pada dua minggu lalu, saat operasi pertama kali dilakukan. Mamah yang setia mengantarku waktu itu. Saat itu, Idho, anakku, baru saja selesai sunat. Syukurlah, dia cepat pulih. Tapi, meninggalkan Hassan dan Maryam bukan pilihan yang mudah. Semua anak membutuhkan perhatian, aku dan istri harus saling membantu.

RS Jannah ini terbilang baru, usianya baru sekitar satu tahun. Tapi aku merasa tempat ini akan berkembang pesat. Kebersihan dan kerapian rumah sakit ini menciptakan suasana yang nyaman. Para dokternya aktif menjelaskan kondisi pasien dengan sangat detail. Aku merasa sangat dihargai sebagai pasien.

Namun, momen paling berkesan adalah saat aku memasuki ruang operasi. Itu pertama kalinya aku masuk ruang operasi. Ada perasaan pasrah luar biasa. Aku tahu aku akan dibius total, dan pikiranku mulai memikirkan hal-hal yang aneh. "Apakah aku akan hidup kembali?" "Bagaimana jika aku tidak bangun?" Pikiran-pikiran seperti itu terus berputar di kepala.

Mamah setia menemaniku. Dia mengantar sampai ke pintu ruang operasi, menungguku di luar, dan tetap berada di sana sampai aku sadar sepenuhnya. Aku melihat bagaimana mamah menyeka wajahku dengan lembut, seperti saat aku masih kecil. Perhatian dan kasih sayangnya benar-benar tak tergantikan. Aku merasa seperti bayi lagi, disuapi, dirawat, bahkan ditemani saat aku belum bisa bergerak dengan bebas. Terima kasih banyak, Mamah. Semua ini tidak akan pernah cukup untuk membalas jasamu.

Di ruang operasi, ada sekitar lima orang yang aku lihat, meski aku tidak menghitungnya dengan pasti. Suasana dibuat santai. Mereka bercanda, mungkin untuk mengurangi ketegangan. Salah satu dari mereka bertanya, "Puasa ya, Pak? Senin Kamis?" Aku tersenyum kecil meski tetap tegang. Aku memang sudah berpuasa hampir tujuh jam sebelum operasi. Mereka memintaku naik ke tempat tidur operasi dan menggeser sedikit posisiku ke atas. Setelah itu, mereka mulai memasang alat di jari-jari tanganku.

Dokter anestesi mendekat dan dengan lembut berkata, "Baca Al-Fatihah, Pak, Ayat Kursi, dan sholawat." Kata-katanya itu menenangkan sekali. Aku memegang perut dan berdoa dalam hati. Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi. Ketika sadar, aku sudah berada di kamar perawatan.

Aku sangat ingin mengucapkan terima kasih kepada dokter anestesi itu. Kata-katanya yang mengingatkanku untuk berzikir sebelum "tidur panjang" sangat berarti bagiku. Aku tidak tahu siapa namanya, tapi aku ingin dia tahu betapa aku bersyukur atas itu. Mengingat Allah sebelum operasi adalah pengalaman yang begitu menenangkan dan membekas di hati. Aku jadi merenung, bagaimana akhir hidupku kelak? Jika bisa seperti itu, berzikir sebelum pergi, tentu sangat indah. Semoga kita semua diberikan kebiasaan baik selama hidup agar akhir hayat kita pun baik. Aamiin.

Aku juga tidak lupa berterima kasih kepada istriku yang luar biasa. Dia merawat lukaku dengan penuh kasih sayang, mengganti perban, memberiku makan, mencucikan bajuku, dan melakukan semuanya dengan sabar. Tidak ada yang bisa menandingi kebaikannya. Aku benar-benar bersyukur memiliki dia di hidupku.

Aku dirawat di ruang VIP rumah sakit ini. Sebenarnya, sesuai BPJS, aku seharusnya dirawat di kelas 1. Tapi karena kelas 1 penuh, aku ditempatkan di ruang VIP. Alhamdulillah, ruangan ini nyaman, dengan fasilitas seperti TV dan kulkas. Rasanya seperti berada di rumah sendiri.

Di sini, aku juga bertemu dengan seorang pasien bernama Pak Asep Mulyana. Beliau sempat menjengukku setelah operasiku selesai. Kami mengobrol panjang lebar, dan beliau memberikan banyak nasihat baik. Terima kasih, Pak Asep, atas kebaikan dan perhatiannya.

Tidak lupa, aku juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para perawat di ruang 203 VIP RS Jannah, terutama dr. Hodijah dan dr. Y. Hidayati di klinik jannah 2, serta para pegawai lainnya seperti petugas administrasi, cleaning service, satpam, dan tukang parkir. Semua bekerja dengan penuh dedikasi dan membuatku merasa nyaman selama di sini.

Pengalaman ini mengajarkanku banyak hal. Tentang bersyukur, tentang pentingnya keluarga, dan tentang ketenangan yang datang dari zikir. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantuku melalui proses ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Aamiin.

www.tedigumelaran.blogspot.com