Senin, 30 Juni 2025
Selasa, 13 Mei 2025
Mt Karang; Forgiving Process
First time look at Mt Karang at Sukarena Basecamp, Serang District Banten Provincy, I feel, I see Mt Slamet, higest mountain in Central Java, from Brambangan Basecamp. It was full with difficulty. I feel i will give up in this journey. I am at 45 years old, this year. The track was so fabolous, exactly after second shelter (Pos Sd). But the view was so beautiful. Feel we life above the clouds. It was more difficult than Mt Salak in Bogor.
Alhamdulillah at May 12, 2025, I hike with
Banten Adventure Club. 40 people take place in this activity. Maybe half of them reach the top of this Mt Karang. I got many wisdom as 'hikmah' from this journey. I see Fargob, Ahsan. They are youngest participant in this journey. But they still enjoy the trip. Never think bad condition like me. They make the track as the place to play for them. I can not accept this for the first time, see them in a mountain. It was a difficult way for them to face life. I make many conversation with Fargob's father in the track to top and in the track to down montain. I can feel their condition. From senior cityzen, i get many lesson too. Just enjoy life. Reach just the limit that can be bear. Not try to force to reach the top. Enjoy what can be enjoyed. Feel try to smile life. I got the lesson from the leader. Oka. Accompany me. The last summiter down to basecamp. Full with patience. But still in full spirit with Souratul Haroqah nasyid. Thank for the journey. The adventure. "Hiking Ceria"ðŸ¤
After in year 2018 Mt semeru, 2017 Mt Salak, 2015 Mt Slamet, 2014 and 2007 Mt Semeru, I can stand in a mountain again. Feel so great experience. Many Thanks to God almaigthy. Its so hard journey. I think I should fight with my ego. And it was the first thing, I kept in my head, that I should win agains my self. It was not a mountain that should I feet. But my ego should be under my foot. I dont know, whether I win or lost.
The greatest thing that I feel is, I can do pray in the peack of mountain. I forget to pray in my first time in Mt Semeru. I shoud pray subuh at that time. But really, I can't remember God Almighty at that time. I did pray subuh at almost Kalimati near Arcopodo, down to Kalimati Shelter again. I hope, better life take place in my life.
Stll anģer to my father? I dont know. Maybe it can be appear if satan do bad thing. I do not want that satan wrong me. May allah forgive me. Protect us, Forgive us. Garden can be enjoyed in this dunia. Other lesson that i get from the trip; First, Sometimes we should stop to reach next level of us. The existence of shelter (pos). Secondly, Please just relax our mind. Relax our body, to the next level. Third one, Dèep thing in life is we win agains our self.
Tirta Nada. May 13, 2025. At 2.44 pm. Finish the writing. Www.tedigumelaran.blogspot.com
Minggu, 20 April 2025
Sholat Menampung Rasa
Rabu, 26 Februari 2025
mungkin Masjid Al-Ukhuwah akan ngomong kaya gini :) :
Makasih yaa,
Udah sapuin sampah sampah dihalaman
Udah lap kaca jendela
Udah sikat, pel lantai masjid
Udah siram dinding
Udah pasang speker
Udah gosok lantai toilet
Udah pasang lampu
Udah pasang kanopi
Udah bawa makanan dan minuman
Udah londri mukena
Udah beli karpet baru
Udah kasih wangi wangian
Udah cuci terpal
Udah sapu lantai
Udah perbaiki kapstok
Udah sedot debu di karpet
Udah kuras toren
Udah pasang konblok
Udah perbaiki kipas angin
Udah jemur keset
Udah cabut rumput
Udah perbaiki sound system
Udah pasang kipas angin baru
Udah perbaiki kran air
Udah perbaiki lampu wc
Udah bersihin gudang
Udah pasang fiber
Udah sanctify My House
Udah berbuat banyak hal baik untuk masjid
Fataqobbal minnaa
Terimalah ibadah kami
Shollu alannabii
Allahumma sholli wa sallim wa baarik alaih
Www.tedigumelaran.blogspot.com
Selasa, 04 Februari 2025
Kekejaman di Luar Nalar: Tragedi di Palestina
Pendahuluan
Rabu, 29 Januari 2025
Langkah, Rindu dan Perjalanan yang Tak Usai
Gunung selalu punya cara untuk memanggil kembali
orang-orang yang pernah mendakinya. Entah kenapa, belakangan ini aku begitu
ingin bertemu kembali dengan teman-teman pendakian Semeru tahun 2014. Mungkin
ada sesuatu yang membuat perasaan ini muncul.
Aku masih ingat betapa serunya perjalanan itu.
Teman-teman yang saling membersamai dalam satu tujuan, saling menyemangati,
saling melindungi, dan tentu saja, saling bercanda. Itulah yang membuat
perjalanan mendaki gunung tidak hanya sekadar mencapai puncak, tapi lebih
kepada menikmati prosesnya bersama orang-orang yang sefrekuensi. Hobi ini
memang seperti candu, tidak akan pernah ada habisnya. Aku masih menyimpan
tenda, sleeping bag, dan perlengkapan lainnya. Gunung masih tetap ada di
tempatnya, tetapi kenangan mendaki bersama mereka, itu yang tidak akan pernah
hilang.
Aku pernah bertemu lagi dengan Cak Dany pada
tahun 2018 saat kami berpapasan di jalur pendakian Semeru. Waktu itu, meskipun
hanya sebentar, perasaan nostalgia langsung menyeruak. Rasanya seperti kembali
ke tahun 2014, ketika kami pertama kali mendaki bersama.
Beberapa waktu lalu, aku begitu ingin bertemu
mereka lagi. Mungkin karena rindu suasana kebersamaan itu. Kebetulan, Pak Dewan
memposting foto di grup alumni Semeru 2014 bahwa mereka sedang dalam perjalanan
ke Jakarta untuk menghadiri Mubes ODOJ 3. Saat itu aku baru saja membuka
jahitan pascaoperasi pada hari Sabtu, dan sempat merasa khawatir jika luka ini
bermasalah. Namun, keinginan untuk bertemu mereka lebih besar. Kamal merespons
ajakan di grup dan mengajak untuk ngopi di Elits Café Gambir, sebuah kafe milik
warga Gaza di Indonesia. Pak Kunt juga merespons dan ingin bertemu dengan Cak
Dany dan Pak Dewan. Akhirnya, kami sepakati untuk bertemu di sana.
Kamal tidak bisa jadi bertemu di kafe, akhirnya
kami bertemu di sekretariat ODOJ di Pasar Minggu. Alhamdulillah, akhirnya aku
bisa bertemu mereka. Pertemuan itu penuh canda tawa, obrolan panjang, dan
nostalgia yang menghangatkan hati
Ini adalah kali kedua aku ke sekretariat ODOJ.
Bertemu dengan banyak teman-teman ODOJ dari berbagai daerah, termasuk dari DPA
Jateng dan DPA Ciamis, membuat suasana semakin akrab. Aku merasa senang bisa
berada di tengah komunitas ini lagi.
Sekitar pukul 17.00, Cak Dany dan Pak Dewan pamit
untuk kembali ke Surabaya. Aku pun kembali ke Serang, naik KRL lalu menyambung
dengan kereta lokal Rangkas-Merak. Dalam perjalanan pulang, aku masih terbawa
euforia pertemuan tadi. Rasanya seperti kembali ke masa-masa pendakian, saat
kami saling membantu, bercanda, dan menikmati setiap langkah perjalanan.
Rasanya ingin mendaki Semeru lagi. Entah bersama
siapa kali ini. Cak Ipang, Dokter Irsyad, Sujay, Alfian, Rodi, dan lainnya?
Tapi kini, batas pendakian hanya sampai Ranu Kumbolo. Mahameru belum bisa
didaki lagi. Lalu, apa sebenarnya yang dicari dari mendaki gunung? Di puncaknya
hanya ada hamparan pasir. Capek? Jelas. Keluar uang? Iya. Letih? Pasti. Lalu,
kenapa tetap ingin naik gunung?
Mungkin karena perjalanan itulah yang kita
rindukan. Kebersamaan dengan teman-teman pendakian. Momen ketika kita saling
menjaga, saling menguatkan, dan berbagi tawa di tengah dinginnya alam. Mungkin
itulah pelajaran terbesar dari mendaki gunung: bahwa dalam hidup, kita harus
saling membantu dan menolong.
Lalu, apa selanjutnya? Ya, jalani saja dengan
sabar. Banyak hal dalam hidup yang tidak kita mengerti. Syukuri apa yang ada,
karena hidup adalah anugerah. Ketika ada kesulitan, bersabarlah. Terima kasih
Tuhan, untuk perjalanan ini dan untuk teman-teman yang selalu ada.
Sabtu, 25 Januari 2025
Pengalaman di RS Jannah Serang
Pengalamanku di RS Jannah ini benar-benar meninggalkan kesan mendalam. Aku
baru saja menjalani operasi untuk mengangkat tumor di dada. Operasi ini
dilakukan oleh dr. Nano dan timnya. Hari ini, Sabtu, 25 Januari 2025, adalah
momen di mana jahitan operasiku dibuka langsung oleh dr. Nano Isdiyanto, Sp.B. Alhamdulillah,
semuanya berjalan lancar. Aku hanya bisa berdoa semoga kesehatanku selalu
terjaga. Aamiin.
Momen ini mengingatkan aku pada dua minggu lalu, saat operasi pertama kali
dilakukan. Mamah yang setia mengantarku waktu itu. Saat itu, Idho, anakku, baru
saja selesai sunat. Syukurlah, dia cepat pulih. Tapi, meninggalkan Hassan dan
Maryam bukan pilihan yang mudah. Semua anak membutuhkan perhatian, aku dan
istri harus saling membantu.
RS Jannah ini terbilang baru, usianya baru sekitar satu tahun. Tapi aku
merasa tempat ini akan berkembang pesat. Kebersihan dan kerapian rumah sakit
ini menciptakan suasana yang nyaman. Para dokternya aktif menjelaskan kondisi
pasien dengan sangat detail. Aku merasa sangat dihargai sebagai pasien.
Namun, momen paling berkesan adalah saat aku memasuki ruang operasi. Itu
pertama kalinya aku masuk ruang operasi. Ada perasaan pasrah luar biasa. Aku
tahu aku akan dibius total, dan pikiranku mulai memikirkan hal-hal yang aneh.
"Apakah aku akan hidup kembali?" "Bagaimana jika aku tidak
bangun?" Pikiran-pikiran seperti itu terus berputar di kepala.
Mamah setia menemaniku. Dia mengantar sampai ke pintu ruang operasi,
menungguku di luar, dan tetap berada di sana sampai aku sadar sepenuhnya. Aku
melihat bagaimana mamah menyeka wajahku dengan lembut, seperti saat aku masih
kecil. Perhatian dan kasih sayangnya benar-benar tak tergantikan. Aku merasa
seperti bayi lagi, disuapi, dirawat, bahkan ditemani saat aku belum bisa
bergerak dengan bebas. Terima kasih banyak, Mamah. Semua ini tidak akan pernah
cukup untuk membalas jasamu.
Di ruang operasi, ada sekitar lima orang yang aku lihat, meski aku tidak
menghitungnya dengan pasti. Suasana dibuat santai. Mereka bercanda, mungkin
untuk mengurangi ketegangan. Salah satu dari mereka bertanya, "Puasa ya,
Pak? Senin Kamis?" Aku tersenyum kecil meski tetap tegang. Aku memang
sudah berpuasa hampir tujuh jam sebelum operasi. Mereka memintaku naik ke
tempat tidur operasi dan menggeser sedikit posisiku ke atas. Setelah itu,
mereka mulai memasang alat di jari-jari tanganku.
Dokter anestesi mendekat dan dengan lembut berkata, "Baca Al-Fatihah,
Pak, Ayat Kursi, dan sholawat." Kata-katanya itu menenangkan sekali. Aku
memegang perut dan berdoa dalam hati. Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa
lagi. Ketika sadar, aku sudah berada di kamar perawatan.
Aku sangat ingin mengucapkan terima kasih kepada dokter anestesi itu.
Kata-katanya yang mengingatkanku untuk berzikir sebelum "tidur
panjang" sangat berarti bagiku. Aku tidak tahu siapa namanya, tapi aku
ingin dia tahu betapa aku bersyukur atas itu. Mengingat Allah sebelum operasi
adalah pengalaman yang begitu menenangkan dan membekas di hati. Aku jadi
merenung, bagaimana akhir hidupku kelak? Jika bisa seperti itu, berzikir
sebelum pergi, tentu sangat indah. Semoga kita semua diberikan kebiasaan baik
selama hidup agar akhir hayat kita pun baik. Aamiin.
Aku juga tidak lupa berterima kasih kepada istriku yang luar biasa. Dia
merawat lukaku dengan penuh kasih sayang, mengganti perban, memberiku makan,
mencucikan bajuku, dan melakukan semuanya dengan sabar. Tidak ada yang bisa
menandingi kebaikannya. Aku benar-benar bersyukur memiliki dia di hidupku.
Aku dirawat di ruang VIP rumah sakit ini. Sebenarnya, sesuai BPJS, aku
seharusnya dirawat di kelas 1. Tapi karena kelas 1 penuh, aku ditempatkan di
ruang VIP. Alhamdulillah, ruangan ini nyaman, dengan fasilitas seperti TV dan
kulkas. Rasanya seperti berada di rumah sendiri.
Di sini, aku juga bertemu dengan seorang pasien bernama Pak Asep Mulyana.
Beliau sempat menjengukku setelah operasiku selesai. Kami mengobrol panjang
lebar, dan beliau memberikan banyak nasihat baik. Terima kasih, Pak Asep, atas
kebaikan dan perhatiannya.
Tidak lupa, aku juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para perawat di
ruang 203 VIP RS Jannah, terutama dr. Hodijah dan dr. Y. Hidayati di klinik
jannah 2, serta para pegawai lainnya seperti petugas administrasi, cleaning
service, satpam, dan tukang parkir. Semua bekerja dengan penuh dedikasi dan
membuatku merasa nyaman selama di sini.
Pengalaman ini mengajarkanku banyak hal. Tentang bersyukur, tentang
pentingnya keluarga, dan tentang ketenangan yang datang dari zikir. Terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantuku melalui proses ini. Semoga Allah
membalas kebaikan kalian semua. Aamiin.
www.tedigumelaran.blogspot.com