Sholat bukan sekadar rangkaian gerakan fisik atau bacaan yang diulang lima kali sehari. Lebih dari itu, sholat adalah tempat paling tenang bagi jiwa yang sedang lelah, resah, maupun gelisah. Di dalamnya, setiap rasa yang kita miliki ditampung tanpa syarat. Rasa senang yang meledak dalam dada, rasa syukur atas kabar baik, rasa haru karena doa yang terkabul—semuanya bisa kita tuangkan dalam sujud yang paling dalam. Ketika hati dipenuhi kebahagiaan, sholat menjadi wadah untuk mengungkapkan terima kasih kita kepada Sang Pencipta dengan penuh ketulusan.
Namun, sholat juga tidak menolak kehadiran rasa yang lebih muram. Ketika hidup terasa berat, saat kesedihan seperti tak ada ujungnya, dan dunia seolah berpaling, maka sholat adalah pelabuhan yang paling setia. Rasa hampa yang menggerogoti semangat, rasa gundah yang mengguncang keyakinan, bahkan rasa gulana yang tak tahu harus bagaimana, semuanya bisa kita bawa ke hadapan Allah. Dalam setiap takbir, ruku, dan sujud, ada ruang untuk mencurahkan isi hati yang tak sanggup dibagi kepada siapa pun. Allah Maha Mengetahui, bahkan sebelum kita sempat menyusun kata-kata untuk mengadu.
Itulah keindahan sholat—ia menampung seluruh rasa, tanpa batas dan tanpa penghakiman. Sholat menjadi tempat yang tidak hanya menyatukan tubuh dengan Tuhan, tetapi juga menyatukan rasa dengan penerimaan. Di sana, tidak ada rasa yang dianggap remeh, tidak ada emosi yang dibiarkan terpendam sendirian. Sholat mengajarkan kita bahwa setiap langkah hidup, setiap rasa yang pernah ada, selalu punya tempat untuk pulang. Dan tempat itu adalah sajadah yang kita bentangkan, lima kali sehari, di hadapan Dia yang Maha Mendengar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar