Mengapa harus lewat tulisan? Karena bagiku menulis adalah menyatukan raga, rasa dan jiwa, perpaduan hati, otak dan tubuh. Menggunakan anugerah ketuhanan yang Tuhan berikan padaku, mendayagunakan apa yang Tuhan beri padaku, lalu aku kembali menyerahkannya pada Tuhan, curhat kepada Tuhan, lewat tulisan ini. Engkau tahu pasti segalanya Tuhan. Aku tak tahu apa-apa. Itu pasti. Aku menghancurkan diri, sedang Engkau membangun aku. Engkau menghidupi, aku mematikan. Engkau memberi, aku buang. Aku hamba lemah, lelah tak berdaya, tak berguna, hina, Engkau Tuhan Maha Kuat, sepenuh jagat semesta, sangat diharapkan, Mulia. Maaf aku menyandingkan Kau setelah aku. Seharusnya aku nihil, hilang, lenyap, lalu Engkau Terbit, Muncul, Menyata. Aku membenam, lalu Engkau Mengejawantah. Aku tak berbentuk, berantakan, Engkau Sempurna, Indah. Aku merintih perih disini Tuhan, Engkau tahu itu pasti. Aku robek, Engkau bentuk. Aku remuk, Engkau rapih. Aku kotor, Engkau bersih. Aku lalaikan Engkau, Engkau mulai perhatikan aku. Aku mabuk karena pusing, Engkau Atur Segalanya. Aku musnahkan segalanya, Engkau bina dengan sempurna. Aku muak, Engkau ramah. Aku negatif-negatif itu, Engkau positif-positif semua. Aku muntah, Engkau indahkan ciptaan-Mu. Aku menangis, Engkau menggembirakan. Aku disini, Engkau di Arasy. Aku membenci, benci, sebenci-bencinya, Engkau cinta, secinta-cintanya. Aku tak kmemiliki ruang gerak, Engkau semestakan sudut-sudut. Aku kesal, sekesal-kesalnya, Engkau girang, segirang-girangnya. Aku bersembunyi di ruang-ruang gelap, Engkau singkir-singkirkan segala hingga terang-benderang. Aku meratap, Engkau mendengar. Aku berujar, Engkau diam. Aku menulis, Engkau membaca. Aku hening, Engkau ramai. Aku pulang, Engkau pergi. Aku berteriak-teriak, Engkau menenangkan. Aku bisu Tuhan, Engkau suarakan. Aku miskin, Engkau kayakan. Aku fakir, Engkau Megah. Aku hitam, Engkau putih. Aku galak, Engkau baik. Aku tak senang, Engkau senangkan. Aku bodoh, Engkau pintar. Aku ga’ punya apa-apa, Engkau memiliki segalanya. Aku memaki, Engkau menyanjung. Aku memukul sepuas kepalan tangan, Engkau membelai lembut, selembut sutra. Aku menendang, Engkau merangkul mesra. Aku kepayahan, Engkau bersemangat. Aku tertidur, Engkau selalu sibuk mengurus ciptaan-Mu. Aku aneh, Engkau jelas sekali. Aku kacau, berantakan, Engkau atur dengan baik. Aku meraung-raung, Engkau tersenyum. Aku haus, lapar, Engkau Maha Suci. Aku terdiam, Engkau berfirman. Aku..., Engkau.... Aku kalah, Engkau Menang. Aku sakit, Engkau sehati,
...
...
aku meradang
Engkau Menyambut
Aku mengerang duka
Engkau menyembuhkan luka
Aku kalah
Engkau menang
Aku bosan
Engkau tertarik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Walaupun ini untuk Tuhan saya masih boleh komentar kan?
hehehe....
saya serasa baca kamus antonim...
Posting Komentar