BUAH
Buah yang didapat merupakan hasil kerja yang telah dilakukan sebelumnya. Buah yang terutama ialah kemenangan jiwa manusia atas materi, penghambaan kepada materi menjadikan manusia terbelenggu dalam jasad. Rasa yang terpasung dalam gerak lahiriah semata, tanpa ada bimbingan dari nilai-nilai rohani. Penampakan buah dari keyakinan yang berurat akar, jalan yang lurus, ialah tampak dalam perilaku keseharian manusia itu sendiri. Sikap tenang, tidak tergesa-gesa, ramah tamah dan berbagai jenis perilaku terpuji lainnya tumbuh dan berkembang dalam keseharian manusia yang matang dalam keyakinan dan jalan yang lurus yang ia tempuh.
Kesejahteraan yang bersifat lahiriah semata, sepertinya tak akan menjadi tolak ukur kebangkitan peradaban kemanusiaan pada masa yang akan datang. Bisa jadi teknologi yang berkembang pesat saat ini akan menjadi suatu model yang menunjukan kemajuan peradaban manusia. Dunia maya, berkembang tak terelakkan lagi. Internet menjadi sarana penghubung yang semakin mendunia, komunikasi-komunikasi masal berkembang dengan baik. Simbol-simbol fisik kemajuan suatu peradaban manusia tetap ada tetapi tidak menjadi sesuatu yang bersifat dominan.
Sistem uang kertas dan uang koin yang ada sekarang sepertinya sangat bertentangan dengan kaidah-kaidah kepemilikan harta dalam Islam. Manusia berlomba-lomba mengumpulkan uang kertas dan uang logam tersebut, bahkan lembar-lembar kertas biasa yang tak bernilai sesungguhnya dibanding emas dan logam berharga lainnya.
Sepertinya dalam hal ini berlaku suatu nilai kesepakatan antar manusia. Suatu kesepakatan bersama yang mengatur seluruh peri kehidupan urusan sosial pergaulan antar manusia, antar suku bangsa, antar ras.
Dalam Islam dikedepankan nilai-nilai sosial yang tinggi menjunjung rasa kemanusiaan, membantu sesamanya yang kelaparan. Membagikan makanan kepada tetangga yang kelaparan adalah suatu sikap yang diajarkan Rasul SAW. Mengeluarkan harta dengan konsep mensucikan harta yang didapat melalui zakat, sodakoh merupakan suatu bentuk nilai kepedulian manusia terhadap manusia lainnya, dan hal ini ditekankan dalam aturan Islam.
Sepertinya memang suatu kondisi yang kekurangan disatu sisi dan kondisi yang berlebihan disisi lainnya merupakan suatu kondisi yang sunatullah sifatnya. Suatu kondisi yang memang terus terjadi sepanjang masa. Kondisi suatu keping mata uang. Berpasangan dalam banyak hal. Dan sepertinya Islam berusaha mengajak kepada satu sisi yang ada. Sisi kemajuan tanpa melupakan sisi ketertinggalan. Sisi kekayaan manusia untuk dapat berinfak untuk si miskin yang tertinggal.
Ada suatu gambaran yang ideal ketika Islam betul-betul berjaya, menguasai kondisi manusia, ialah ketika dipimpin oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Hasil zakat yang terkumpul terasa sulit untuk disalurkan karena tidak ada warga yang berhak untuk mendapatkan zakat. Dalam hal ini sepertinya Islam memang telah berfihak pada satu sisi keping mata uang. Sisi kesejahteraan meninggalkan sisi kemelaratan. Sisi kekayaan meninggalkan sisi kemiskinan. Sisi kesolehan meninggalkan sisi kekafiran. Sisi kebahagiaan meninggalkan sisi kesuraman. Ada konsep bahwa Allahlah yang mengajak kepada sisi yang gembira tersebut dan syetanlah yang mengajak kepada sisi suram. Kembali kepada keyakinan yang sudah mengakar tadi diatas; bila memang sudah menghujam didalam dada akan keyakinan seperti ini, sepertinya kemajuan jiwa manusia akan semakin menemukan bentuk yang sesungguhnya tanpa dicampuri oleh ajakan syetan. Godaan syetan memang ada. Godaan-godaan menuju kehancuran, satu sisi lain yang ada.
Tuhan menciptakan syetan, dan syetan menciptakan sisi lain yang muram.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar