KEMBALI KE ISLAM
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Begitu banyak karunia yang telah diberikan oleh penguasa alam semesta kepada manusia makhluk yang lemah, yang lebih sering lupa akan segala pemberian ketuhanan kepada kita manusia yang merupakan bagian kecil dari keseluruhan penciptaan yang dilakukan-Nya. Alam tetumbuhan, alam hewaniah, ciptaan yang tak bernyawa lainnya, ciptaan yang ghaib, tak terlihat oleh mata namun ada disekitar manusia, planet-planet, bintang gemintang, bulan, angkasa yang terus berkembang, kehidupan sosial, tak lepas dari penciptaan Yang Kuasa itu sendiri. Kadang manusia ragu dengan segala yang Dia perbuat pada kemanusiaan, tetapi apalah manusia, dibandingkan dengan apa yang telah Dia perbuat. Manusia justru membutuhkan Dia. Dia tidak membutuhkan apa-apa dari manusia. Masalah kecil menjadikan manusia begitu dekatnya dengan Dia. Maka sudah sepantasnya manusia mengembalikan segala urusan hidup tetek bengek kesehariannya kepada-Nya, Sang Penguasa segalanya, apa yang ada di kepala manusia, apa yang ada dalam perasaan manusia, tak lebih dari setetes ilmu pengetahuan yang dimiliki-Nya. Tidak lebih, justru tidak seharusnya diperbandingkan dengan kekuatan, ilmu yang dimiliki-Nya. Manusia sombong pada hakikatnya adalah kekerdilan manusia itu sendiri. Kita berlindung kepada-Nya dari kesombongan diri manusia yang lemah ini. Rasa syukur itulah yang harus dikedepankan oleh manusia. Terimakasih banyak. Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang ingin mengejawantahkan diri-Nya, menjelaskan kehadiran, keeksistensian diri-Nya kepada apa yang telah diciptakan-Nya. Menjelaskan apa-apa yang telah diciptakan-Nya. Menerangkan kepada manusia setetes ilmu pengetahuan-Nya, lalu manusia merasa telah mengetahui banyak hal dalam kepalanya dan dapat merasakan segala hal dengan perasaan yang dimilikinya. Inti dari pengantar awal ini ialah bahwa ilmu yang dimiliki manusia tak ada apa-apanya dibandingkan dengan luasan ilmu-Nya yang diluar jangkauan akal manusia.
Lalu ketika Dia ingin menjelaskan dan menurunkan ilmu kepada manusia tentang ilmu yang sedikit tadi, Dia mengutus rasul-rasul, utusan-utusan dari manusia itu sendiri untuk menjelaskan tentang diri-Nya, tentang alam semesta, yang semenjak dahulu menjadi objek kajian pengetahuan manusia. Manusia yang penasaran ingin mengungkap segala hal tentang dirinya, alam sekitarnya, angkasa luar, apa yang ada di sekitarnya, hubungan antar manusia, hubungan dengan penguasanya, hubungan dengan objek-objek lain yang masih jauh dari jangkauan ilmu manusia.
Pada hakikatnya keilmuan yang dimiliki manusia itu sendiri berkembang pesat, penemuan-penemuan baru terus dilakukan, pengembangan ilmu keantariksaan terus berkembang, planet mars berusaha diketahui, setelah sebelumnya bulan. Planet yang jauh tetap berusaha dijelajah. Kemungkinan-kemungkinan untuk tinggal diluar angkasa terus dipelajari. Tak lain, adalah ilmu yang diberikan-Nya. Ilmuwan yang menemukan apa yang dicarinya pada akhirnya akan bersambung kepada kekuasaan Tuhan, meyakini apa yang sesungguhnya Tuhan ciptakan, tidak akan ada rasa kesombongan dalam dirinya. Walaupun ada ilmuwan yang tidak mengakui adanya Tuhan sekalipun, pada akhirnya hal itu merupakan kekuasan Tuhan itu sendiri, Tuhan mengaturnya demikian. Sebagaimana Tuhan menciptakan kebaikan dan keburukan. Dia berada dibalik semua ini.
Utusan-utusan Tuhan itu adalah manusia biasa. Orang-orang yang dianggap suci oleh orang-orang sekitarnya, terkadang bahkan dianggap gila oleh orang-orang sekitarnya, orang aneh, melawan kekuasaan kemanusian yang fana, lalu berusaha menjelaskan kekuasaan hakiki, Dia yang Agung. Banyak peninggalan masa lalu yang dapat membuktikan adanya utusan-utusan Tuhan kepada manusia ini. Sejarah perahu nabi Nuh, laut mati yang menenggelamkan fir’aun. Bangunan ka’bah peninggalan Nabi Ibrahim, ayah dari tiga agama yang berseteru di planet bumi hingga saat ini, yahudi, nasrani dan muslim. Apa yang sesungguhnya terjadi pada umat manusia hingga terbelah, terpecah belah hingga saat ini mengenai keyakinan yang dipegangnya?. Adalah ego kemanusiaan itu sendiri. Mengapa tidak mengakui dan patuh mengikuti nabi utusan-Nya yang terakhir, Rasul Muhammad SAW? Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kehadirat beliau SAW. Sejarah hidup beliau telah tertulis dalam beribu-ribu jilid buku, berjuta-juta lembar kertas telah tertuliskan dan dituliskan menjelaskan kehidupan beliau. Hingga akhir masa sepertinya kisah hidup beliau tak akan surut untuk terus dituliskan. Masih banyak orang lagi yang akan menjelaskan peri kehidupan utusan Tuhan yang mulia ini. pengikut-pengikutnya tetap bertebaran di penjuru muka bumi hingga akhir zaman.
Ibnu Hisyam, Syaikh Ramadhan al-buthi hingga Karren Amstrong menuliskan kisah hidup beliau. Sudah sepantasnya kita menghormati beliau SAW sebagai manusia biasa juga sebagai utusan Tuhan yang bertugas menjelaskan sedikit, setetes ilmu yang dimiliki oleh Tuhan untuk menjelaskan berbagai permasalahan manusia, tentang ketuhanan, alam semesta, kehidupan sosial, hubungan antar keluarga hingga permasalahan akan bersuci badan.
KEYAKINAN
Keyakinan-keyakinan seperti inilah yang akan mendorong berbagai kemajuan yang akan dicapai oleh kehidupan kemanusiaan kedepannya. Keyakinan akan perkembangan generasi kemanusian hingga titik perkembangan yang menjadi pengetahuan-Nya. Entah manusia bisa tahu sampai mana, yang dapat manusia lakukan ialah hanya terus berusaha berbuat yang terbaik menurut kehendak-Nya, berusaha hidup dalam rel yang telah diyakininya berasal dari-Nya, nilai-nilai yang benar, nilai-nilai yang menghidupi hidup itu sendiri. Nilai-nilai lurus berasal dari ketuhanan.
Keyakinan akan utusan Tuhan kepada Muhammad SAW, akan segala urusan hidup hingga urusan remeh temeh sekalipun.
Keyakinan yang terus dipupuk hingga akhir hidup manusia itu sendiri. Keyakinan itu bergejolak terus dari waktu ke waktu. Keyakinan akan Rasul SAW terus diperbaharui sepanjang hidup kita manusia. Memperbaiki apa yang salah, meluruskan apa yang keliru dan terus belajar menuntut ilmu hingga keyakinan itu berakar kuat didalam kepala dan rasa manusia.
Tidak ada jaminan seorang manusia telah mencapai tingkat keyakinan yang tinggi akan tetap dalam keyakinannya itu. Naik turun.
Keyakinan akan kemajuan peradaban umat manusia akan kembali mencapai puncaknya ketika manusia kembali kepada aturan-aturan Islam yang telah diturunkan oleh-Nya kepada Rasul Muhammad SAW melalui Jibril AS. Dasar dari segala aturan hidup manusia ialah aturan melalui Muhammad SAW ini. Sekali lagi, inilah yang akan mengantarkan manusia menuju kesejahteraannya dan kemakmurannya yang hakiki.
Keyakinan yang sesungguhnya ialah bahwa iradat-Nya, kehendak-Nya atas segala sesuatu berada diatas segalanya.
Penguatan keyakinan-keyakinan ialah dengan terus mengolah akal dan rasa manusia dengan terus belajar menambah pengetahuan, bergaul, berkomunikasi, menambah wawasan, menambah ruang lingkup hisup manusia terus dilakukan sepanjang usia manusia itu ada.
TATA CARA
Aturan-aturan praktis dalam menuju kebangkitan kembali kesejahteraan, kemakmuran manusia tentu setelah akar keyakinan kita, manusia tadi, ialah keyakinan akan Islam yang telah berurat akar mantap, kokoh menghujam dalam sanubari manusia yang akan menjalankan kebangkitan peradaban manusia. Apa sesungguhnya yang ingin dicari manusia dalam peradaban kehidupan kemanusiaannya? Penciptaan-penciptaan kebudayaan yang baru? Bangunan-bangunan megah? Peralatan-peralatan yang mempermudah gerak hidup manusia? Atau nilai-nilai kemanusiaan yang kokoh menghujam didalam dada manusia, hingga jiwa manusia tidak merasakan kehampaan yang sangat? Kesepian akan hidup? Ditengah penampakan materi yang gemerlap, mewah, megah sementara secara psikologis mengalami kehampaan kesepian yang dahsyat? Kembali kepada keyakinan yang telah tumbuh tadi, mungkin akan mengisi segala kehampaan kesepian penderitaan jiwa manusia yang mencari kesempurnaan dalam kehidupannya di muka bumi, berkeliaran dari satu tempat ke tempat lain berusaha memuaskan dahaga akan jiwa yang tenang tentram menghilangkan rasa kesepian yang selalu hadir dalam jiwanya. Keyakinan akan Tuhan yang dijelaskan-Nya sendiri oleh-Nya kepada para utusan-utusan-Nya. Sementara manusia sejak dahulu tidak puas akan utusan Tuhan yang betul-betul hadir di tengah kemanusiaan. Mendustakan, menolak, menghina, mengolok-ngolok, menuduh gila bahkan yang paling parah dan sering terjadi ialah pembunuhan-pembunuhan terhadap utusan ketuhanan tersebut. Manusia berfikir dengan rasa kemanusiaannya itu sendiri, tidak sejalan dengan rasa ketuhanan yang Tuhan inginkan. Kemusnahan ras kemanusiaan sering terjadi pada masa ketika utusan ketuhanan hadir ditengah mereka, ketika terjadi bencana banjir dahsyat dimasa Nabi Nuh AS, ketika terjadi hujan batu yang dahsyat dimasa Nabi Luth AS, ketika terjadi pembelahan muka bumi hingga manusia yang membangkang kepada utusan ketuhanan ketika itu terbenam didalamnya.
Tuhan telah jelas-jelas mengejawantahkan diri-Nya melaluli utusan-utusan itu. Tata cara praktis tentu saja jelas dikemukakan oleh para utusan-utusan itu, bila sesungguhnya manusia ingin mencapai kemajuan peradabannya. Kemajuan yang tidak bersifat statis, tetapi dinamis, berkembang terus menuju kemajuan perkembangan peradaban yang sesungguhnya lebih Tuhan ketahui dibanding pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Apalah manusia dibandingkan dengan pengetahuan yang dimiliki-Nya. Tak sebanding. Bagai setetes air dilautan yang luas, ilmu manusia itu.
Rasul SAW menjelaskan dalam hadis-hadis, perkabaran yang disampaikan kepada manusia hingga saat ini. Rasul SAW menjelaskan bahwa manusia lebih mengetahui sendiri tentang urusan dunianya.
Buku-buku petunjuk teknik pelaksanaan kebangkitan diri, masyarakat, suku, negara menuju kehidupan yang lebih baik telah banyak bertebaran, ditulis oleh berbagai kalangan manusia. Politisi, motivator, presiden, mantan presiden, orator berusaha menyumbangkan apa yang menurut mereka dapat sumbangkan untuk dapat menjadi pelengkap bagi kebangkitan kemanusiaan yang manusia dambakan. Akademisi, ilmuwan, guru besar-guru besar turut andil dalam proyek kemajuan kehidupan kemanusiaan ini. penelitian-penelitian dilakukan untuk mendukung segalanya. Manusia adalah umat yang satu, lalu manusia berselisih setelah datangnya kebenaran ketuhanan yang datang yang sesungguhnya akan mempermudah kehidupan itu sendiri kedepannya.
Salinan kitab suci-kitab suci tersebar diseluruh penjuru bumi, menjadi pedoman bagi kehidupan manusia. Semuanya menjadi sia-sia manakala berusaha mengejawantahkan nilainya dihadapan manusia. Ada ketidakselarasan antara nilai-nilai yang tercatat dengan gerak keseharian manusia, ada ketidaksesuaian antara teori dan praktik, ada ketidaknyambungan antara yang tersurat dan yang tersirat dalam tingkah laku manusia. Manusia berjalan dengan kemanusiannya itu sendiri, tanpa suatu bimbingan yang baku dari sesuatu yang tersurat tadi. Jauh. Jauh sekali. Dimana rasa, dimana fikir, dimana gerak langkah dan dimana buku-buku suci. Dimana petunjuk-petunjuk teknis, dimana buku-buku motivator ulung. Dimana hasil kajian akademisi. Dimana gerak langkah manusia. Dimana tarikan nafas manusia. Dimana gerak langkah kaki manusia. Dimana gerak tangan manusia. Dimana fikir dan rasa manusia. Menjadi sesuatu yang terpisah satu sama lainnya. Bukan menjadi suatu kesatuan yang utuh yang menjadikan manusia sebagai suatu ciptaan yang sempurna, bila hidup adalah suatu gambaran-gambaran yang terpisah, suatu slide-slide film yang terputus satu dan lainnya dan tidak membentuk gambaran yang utuh akan kemanusiaan yang unggul dibandingkan dengan ciptaan ketuhanan yang lainnyaa. Hidup menjadi potongan-potongan cerita yang tercerai berai, menjadi plot-plot waktu yang terpotong-potong, tidak menjadi suatu rangkaian time series yang utuh. Akan berjalan kemanakah manusia?.
Dasar yang tidak kokoh, tidak berakar, tidak berurat nadi akan seperti itu. Kembali kepada dasar keyakinan tadi untuk dapat mengejawantah dalam tatacara teknis pelaksanaan kesejahteraan kemakmuran kejiwaan manusia dalam kehidupan kedepannya untuk meneruskan peradaban.
Suatu sinkronisasi akal, jiwa dan raga manusia dalam hal ini adalah suatu modal yang mutlak diperlukan kedepannya. Hal ini tidak mudah. Perlu pembelajaran yang terus menerus dilakukan, tanpa kenal menyerah, tanpa bosan untuk terus belajar sepanjang manusia diberi umur oleh-Nya. Sepanjang itulah penyelarasan komponen hidup manusia terus dilakukan oleh setiap manusia. Tata cara inilah yang menjadi dasar tolak ukur kedepannya menuju kemanusian yang sempurna itu tadi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
tempe goreng masih anget
dimakan pake bumbu kacangnya
ada artikel rapet banget
aq nyampe pusing bacanya
Posting Komentar