Rabu, 05 Mei 2010

Ngangkot

Angkutan kota. Angkot. Saat kita menggunakannya, berarti kita Ngangkot. Karena tak setiap kita memiliki angkutan atau kendaraan pribadi. Dan sebetulnya tentu setiap kita ingin memiliki kendaraan pribadi. Tapi tentu saja kemampuan finansial kita terbatas, coba bila betapa mudahnya memiliki kendaraan pribadi, rasanya bakal ramai banget jalanan. Bisa jadi kemacetan dimana-mana. Pernah ada yang memprediksi kendaraan-kendaraan di Jakarta akan tak bergerak sama sekali saking macetnya oleh kendaraan yang tak terkedali jumlahnya. Akankah terjadi? Angkutan udara akan jadi satu-satunya jalan keluar apabila hal itu terjadi hal tersebut.
Tuhan memberi kita kemampuan-kemampuan tertentu, maksudku dengan tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda pada tiap orang. Tuhan hebat banget deh ngatur kemampuan-kemampuan manusia. Tak setara satu sama lain, tak sama. Ngga' rame banget deh kayanya kalo' kemampuan semua orang sama. Tuhan memang membuat tingkatan-tingkatan dalam segala kemampuan yang manusia miliki.
Di Bogor, Kota Hujan, angkot banyak banget deh, hampir semua orang pernah merasakan angkot. Bahkan banyak orang pastinya setiap hari tidak lepas dari angkot untuk pergerakan mereka, kerja, berkunjung, belanja, sekolah dan banyak aktivitas lainnya. Ngangkot. Aku selalu ingin bicara Tuhan disini. Tuhan ngatur itu semua. Mau ngga' mau, suka ngga' suka, kita harus ngangkot. Ko' aku ngga' pernah ya mikir kaya gitu; suka ngga' suka, mau ngga' mau. Aku ngangkot ya ngangkot aja, aku ngga' pernah mikir kaya gitu.
Proses ngangkot diawali ketika kita menjulurkan lengan kita ke depan badan kepada angkot yang sedang berjalan, lengan kanan kufikir lebih sopan walaupun bila kita menggunakan lengan kiri pun sepertinya angkot akan tetap berhenti. Tapi sepertinya tidak sopan, tidak sesuai dengan adat ketimuran. Angkot berhenti bila kita julurkan lengan kita ketika angkot tersebut kosong atau minimal masih cukup untuk duduk seorang lagi. Bila penuh biasanya sang supir angkot mengangkat telapak tangannya diatas stir, menandakan tak cukup lagi untuk memuat penumpang, atau mungkin berbeda arah tujuan setelah tadi kita sebutkan tujuan kita kemana. Kadang bahkan mungkin sering kita tetap harus menyebut tujuan kita walau angkot di Bogor telah bernomor.
Angkot di Bogor telah memiliki trayeknya masing-masing. Misalkan untuk trayek Terminal Bubulak-Terminal Baranangsiang di tandai dengan nomor 03, trayek Ciawi-Terminal Baranangsiang ditandai dengan nomor 01 dan seterusnya. Nomor trayek dan nama trayeknya biasanya tertera di kaca depan bagian atas angkot dan di kaca belakang angkot.
Supir duduk disebelah kanan bagian depan angkot, disebelah kirinya cukup untuk dua orang penumpang. Anda bisa duduk disamping sang supir bila memang masih kosong atau berisi satu penumpang saja. Bila tempat duduk disamping pak supir sudah penuh tentu saja tak ada pilihan lain Anda harus duduk di bagian belakang angkot, sebelah kiri cukup untuk enam orang dan sebelah kanan cukup tempat untuk duduk empat orang. Dan biasanya ada cukup tempat untuk duduk satu orang membelakangi tempat antara supir dan penumpang yang ada di depan, letaknya di dekat pintu masuk bagian belakang angkot.
Anda yang dewasa harus merundukan/membungkukan badan ketika akan memasuki angkot, bila Anda memaksa tetap berdiri tentu saja kepala Anda akan membentur pintu angkot yang rendah tidak seperti bis Anda bebas berdiri. Begitu pula setelah berada didalam angkot Anda harus tetap membungkuk sebelum duduk, bila Anda memaksakan diri untuk mencoba berdiri seperti dalam bis, tak akan pernah bisa, karena memang tak cukup tinggi angkot tersebut. Angkot memang dirancang seperti itu, panjang ± 3,5 m, lebar ± 1,5 m dan tinggi ± 1,5 m.
Bila ada tempat yang leluasa untuk duduk, duduklah Anda disitu dengan tenang. Anda akan saling berhadap-hadapan dengan penumpang lain di dalam angkot. Tentu saja mata Anda tak harus bertatapan mata dengan penumpang lain, Anda biasanya akan melilhat keadaan diluar angkot, terlebih lagi bila Anda duduk dekat kaca paling belakang angkot, dapat dipastikan Anda melihat keluar lewat kaca yang lumayan berukuran besar tersebut, bila di bagian kiri dan kanan angkot dihiasi dengan jendela kaca yang dapat digeser bila Anda ingin mendapatkan angin segar. Karena seringkali seorang perokok dengan sangat cuek bebek seenak perutnya sendiri tetap saja mengeluarkan asap rokoknya di dalam angkot yang pengap berisi penumpang. Sepertinya di Indonesia memang masih banyak sekali orang yang tak berpendidikan, atau barangkali berpendidikan tapi hawanafsu keinginannya yang tak terkontrol lagi walau dihadapan banyak orang. Kufikir ada baiknya bila ingin meroko, habiskanlah dahulu sebatang rokok sebelum masuk kedalam angkot, atau bila Anda terburu-buru, nanti saja bila telah turun dari angkot รข€˜kan tidak mengganggu penumpang lainnya yang tidak merokok. Perokok pasif yang hanya mendapat asap rokok dari perokok aktif, justru lebih berbahaya dalam hal kesehatannya dibanding perokok aktif. Kuharap perokok aktif mengerti akan hal ini.
Supir angkot banyak yang terbiasa untuk 'ngetem' atau berhenti agak lumayan lama rasanya bila kita sedang terburu-buru untuk memenuhi angkotnya dengan penumpang. Hal inilah yang biasanya membuat penumpang kesal, menunggu. Dan biasanya, sang penumpang yang enggan menunggu terlalu lama di tempat ngetem, akan berjalan dengan jarak yang lumayan jauh untuk menunggu angkot tersebut lewat di jalurnya. Supir angkot biasa menyebutnya dengan istilah 'nyodok'. Ada pula yang disebut dengan penumpang pancingan. Seolah-olah penumpang betulan yang akan menuju ke tempat tujuannya, ternyata hanya untuk menarik penumpang lainnya yang belum masuk ke dalam angkot supaya terlihat bahwa angkot sudah lumayan penuh dan 'ngetem' tidak akan lama lagi. Biasanya cara ini lumayan berhasil, setelah beberapa penumpang asli masuk ke dalam angkot, penumpang pancingan ini keluar dari angkot, dan berteriak-teriak menyebutkan jurusan dimana angkot tersebut menuju, seperti calo juga jadinya. Bila penuh calo ini akan mendapat bayaran dari sang supir angkot.
Kebanyakan penumpang angkot enggan untuk berbicara satu sama lain sesama penumpang, mereka diam seribu basa memandang ke arah luar angkot dengan fikirannya masing-masing. Baru bila ada yang dikenal mereka ngobrol atau bila memang lelah atau mengantuk dapat juga tertidur menunduk dalam angkot.
Bila telah sampai tujuan, penumpang angkot mengucapkan kata 'kiri!' dan angkotpun akan menepi ke pinggir kiri jalan. Dan kata 'kiri!' di masing-masing daerah berbeda-beda. Di Lampung berbeda, di Padang berbeda. Begitu pula mungkin di daerah Anda.
Jangan lupa ongkos Anda membayar angkot, bisa-bisa nanti supir berteriak-teriak memanggil Anda.

Tidak ada komentar: